ASEAN WEEK, Menghargai Suku dan Budaya Secara Global
Negara Indonesia terletak di Kawasan Asia Tenggara. Negara lain di Kawasan Asia Tenggara adalah Singapura, Malaysia,Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Myanmar. Negara tersebut membentuk organisasi yang bernama ASEAN. Tujuan didirikannya ASEAN adalah untuk menjalin kerja sama di antara negara-negara di Asia Tenggara.
Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial berkolaborasi dengan mata pelajaran Pendidikan Pancasila mengambil materi menghargai suku dan budaya secara global. Dalam kegiatan class project kolaborasi ini, siswa telah membuat kegiatan ASEAN WEEK yang bertujuan menambah wawasan siswa dalam mengenal negara-negara didalam organisasi terbesar di Asia Tenggara serta membentuk karakter siswa yang kreatif, percaya diri, aktif serta mampu menghargai perbedaan suku bangsa secara global. Metode belajar presentasi adalah metode yang dianggap sangat cocok dalam pembelajaran ini, tujuannya adalah melatih siswa mengembangkan keaktifan dan kemampuan berpikir serta cara berpikir kritis dan analitis pengungkapan ide, gagasan dan perasaan di depan umum.
Persiapan ASEAN WEEK telah dilakukan sejak tiga minggu terakhir di bulan februari, siswa dengan pendampingan guru dibentuk menjadi 10 kelompok. Setiap kelompok mengambil nama negara secara acak, guru membuat 10 lembar kertas berukuran 5 cm x 5 cm, dimana pada tiap lembarnya telah tertulis 10 nama negara anggota ASEAN. Setiap perwakilan kelompok mengambil satu lembar kertas. Sebelum pembentukan kelompok dilakukan salah seorang siswa berkata,
“Bu Irdy, kami pilih anggota kelompok sendiri boleh?” tanya salah seorang siswa perempuan dari kelas Al-Biruni
“alasan kalian ingin buat kelompok sendiri apa nak?” jawab saya
“kami lebih nyaman dengan kawan main bu Irdy, dan selama ini kami kalau dikasih tugas kelompok dan bukan kawan main, ujung-ujungnya tugas enggak siap bu Irdy. Nanti semua enggak kerja bu” yang lain menjelaskan
Saya berpikir bahwa hal ini tidak bisa saya putuskan sendiri, bagaimana jika saya bermusyawarah dengan para siswa. Saya merasa para siswa kelas 6 sudah cukup dewasa jika saya mengajak mereka bermusyawarah. Pada saat musyawarah berlangsung, banyak para siswa yang sepakat jika mereka boleh memilih sendiri anggota kelompoknya. Keputusan ini membolehkan siswa untuk gabung kelas, artinya siswa kelas AL-biruni boleh memilih temannya yang ada di kelas Al-Fatih.
Namun muncul masalah baru, ternyata ada beberapa siswa yang tidak dipilih oleh teman mainnya sehingga mereka tidak tau harus bergabung ke kelompok yang mana.
Guru kembali membuka diskusi dengan para siswa, untuk menyelesaikan permasalahan mereka.
Dan pada akhirnya siswa yang tidak memiliki kelompok membentuk kelompok sendiri, dengan kesadaran bahwa walaupun kita berkelompok-kelompok bukan siapa yang hebat yang ada di kelompok kita namun kelompok mana yang bisa membuat kelompoknya menjadi kelompok terbaiklah yang hebat, karena ini adalah kerjasama tim yang memerlukan kekompakan untuk menghasilkan karya yang baik.
Tanggal 2 Maret 2023 anak-anak telah siap dengan papan informasi yang sudah disiapkan, dalam papan informasi siswa telah mengumpulkan beberapa hal unik yang ada di negara-negara anggota ASEAN, baik dari segi pemerintahan, tempat wisata, adat istiadat, serta kerja sama para anggota-anggota ASEAN dalam menjadikan organisasi ASEAN sebagai jembatan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di wilayah Asia Tenggara.
Di atas meja di ruang serba guna sudah dihidangkan makanan khas dari setiap negara. Bahkan di meja kelompok negara Kamboja yang beranggotakan Abian,Qusai,Afkar, Fahri dan Panglima sudah ready berbagai cemilan khas dari negara Kamboja salah satunya adalah nom plae ai yang ternyata sangat mirip dengan klepon Jawa atau boh rom-rom yang ada di Aceh.
Euforia sudah tampak di awal kegiatan pada pukul 09.20 WIB. Untuk “menjiwai” peran sebagai masyarakat dari negara yang akan dipamerkan siswa pun memakai aksesoris baju adat budaya negeri tersebut. Dirsya sangat gagah dengan baju teluk belanga berwarna merah marun ala negara Malaysia. Siswa perempuan tidak mau kalah. Para anggota negara Vietnam sudah memakai gamis hitam, mereka lebih terlihat seperti gerombolan jamaah umroh kata salah satu siswa yang ternyata tidak memakai baju tradisional negara kelompoknya. Saat ditanya kenapa dia tidak memakai baju yang senada dengan kelompoknya dia hanya tersenyum dan berkata “mamak lupa cari bu, semalam kami tertidur pulang ngaji”. mendengar penjelasan siswa tersebut sangat disayangkan karena setiap kegiatan yang dilakukan oleh para siswa di sekolah adalah tanggung jawab Bersama baik guru, siswa dan orang tua yang mendukung kegiatan pembelajaran. Guru sudah mengingatkan baik di weekly folder bahkan di grup whatsApp.
Banyak hal positif yang saya dapatkan dari teman-teman sejawat yang hadir, dapat pujian, ada yang mengkritik dan bahkan ada juga kakak kelas dari level SMP dan SMA yang sangat aktif untuk bertanya pada siswa. siswa juga bersemangat bertukar informasi dengan kelompok negara yang lain, keseruan siswa memuncak saat saya membagikan stiker ala ASEAN WEEK kepada pengunjung yang hadir, bagi kelompok yang banyak mendapatkan stiker ada hadiah yang akan telah saya siapkan. Walau lagi-lagi ada yang datang hanya untuk makan atau icip-icip kue yang siswa siapkan, namun sungguh sayang jika perut kenyang tanpa diimbangi ilmu yang bertambah.
Penulis : Irdy Agfirah Rosayanti, S.Pd (Guru SD Sukma Bangsa Lhokseumawe)