Batu Caves yang merupakan simbol toleransi beragama masyarakat Malaysia
Kamis, 23 February 2023 sudah selama 4 hari kami berada di Malaysia, entah destinasi yang kebarapa yang sudah kami kunjungi hingga sampai pada destinasi pertaman di hari keempat ini yaitu Batu Caves yang terletak di Gombak, Selangor, Malaysia. Sebelum saya mengunjungi tempat tersebut saya sering melihat postingan teman-teman di social media yang berfoto didepan patung raksasa yang merupakan patung dewa tersebut. Pada awal-awal objek wisata tersebut hits dan melihat postingan teman-teman saya, tanpa berfikir panjang dan bertanya saya langsung menebak bahwa patung raksasa tersebut berada di Thailand. Pada waktu itu tidak terlintas sedikitpun difikiran saya bahwa patung raksasa tersebut yang merupakan representasi dewa pemuja masyarakat hindu berada di Malaysia, karena bagi saya Malaysia adalah tanah melayu yang sangat kental akan Islam.
Pagi kamis siswa dan guru bergegas keluar dari hotel dengan dipandu oleh tour guide kami menaiki bus dan menuju pada destinasi pertama dihari tersebut adalah Batu Caves yang terletak di daerah Gombak, Selangor, Malaysia. Selama kami berada di Malaysia tour guide kami sangat banyak menceritakan tentang sejarah Malaysia dan tidak hanya sejarah tentang negeri jiran tersebut tetapi juga tour guide tersebut yang bernama Bapak Muhammad Khaidir Ali atau sering dipanggil dengan sebutan Mr. Oke tersebut banyak menanamkan nilai-nilai kehidupan pada kami yang diselipkan dalam setiap kegiatan yang kami lakukan. Beliau mengajarkan kami bagaimana akan disiplin dengan waktu, menanamkan jiwa ikhlas pada diri, sangat sulit rasanya untuk dijelaskan secara mendetail yang pasti selama 5 hari saya berada dalam perjalanan yang dipandu oleh Mr. Oke saya merasa He not just as a tour guide but also he as a teacher because i have so much to learned about from him. Sampai hal yang membuat saya semakin takjub adalah Mr. Oke selalu menjaga waktu sholat kita, tidak ada satu waktu sholat pun yang dilewatkan oleh Mr. Oke. Beliau selalu memberhentikan bus ketika waktu sholat tiba.
Perjalanan pagi ini dimulai pada jam 08.30, tepat pada jam tersebut kami semua sudah berada di bus kecuali hanya beberapa orang siswa saja yang terlambat bangun yaitu Habibi dan Defa. Mereka terlambat bangun pada pagi hari itu, tepat jam 08.30 mereka baru terbangun dari tidur hingga konsekuensi yang mereka dapatkan adalah mereka tidak bisa sarapan pagi, begitulah salah satu contoh disiplin waktu yang diterapkan oleh Mr. Oke terhadap kami. Saat kami sudah ready semua di dalam bus, Mr. Oke pun mulai menghitung jumlah siswa yang berada di dalam bus dan Alhamdulillah jumlah siswa lengkap dan perjalanan pun kami mulai. Bus sudah mulai melaju membawa kami pada tujuan pertama yaitu, Batu Caves yang merupakan temple hindu terbesar yang ada di negara jiran tersebut.
Dalam perjalanan layaknya seorang tour guide Mr. Oke juga menjelaskan banyak hal mengenai destinasi yang akan dituju, nah pada destinasi pertama ini tidak seperti biasanya Mr. Oke langsung menjelaskan mengenai destinasi tujuan tetapi pada destinasi ini sebelum Mr. Oke menjelaskan, Mr. Oke memulai dengan melemparkan pertanyaan yang berbunyi “menurut kalian Malaysia ini adalah negara islami atau negara dengan mayoritas penduduk muslim?”. Tanpa pikir panjang kami pun langsung menjawab bahwa Malaysia adalah negara islami, seakan tak puas dengan jawaban kami, Mr. Oke pun mengulang pertanyaan tersebut sampai beberapa kali dan para siswa pun masih terus menjawab dengan jawaban yang sama. Tidak heran dengan jawaban siswa karena saya pribadi pun menganggab hal yang sama bahwa selama ini yang berada dalam fikiran saya Malaysia adalah negara yang Islami dari apa yang terlihat dimata dunia.
Setelah mendengar jawaban kami yang sangat konsisten dan yakin bahwa Malaysia adalah negara islami, Mr. Oke berhenti bertanya dan berkata bahwa jawaban kami semua salah. Lalu beliau melemparkan pertanyaan lagi sebelum menjawab pertanyaan pertama tadi. Mr. Oke memberi pertanyaan lanjutan yaitu “jika memang Malaysia adalah negara Islami bagaimana dengan etnis Tionghoa yang sangat ramai menduduki tanah Melayu ini? Bagaimana dengan begitu banyak populasi India-Hindu yang bahkan memiliki patung dan tempat ibadah terbesar masyarakat Hindu di Malaysia ini? Bagaimana dengan keadilan dan kenyamanan mereka dalam beribadah di tanah melayu ini?”. Kami langsung berfikir setelah mendengarkan pertanyaan lanjutan dari Mr. Oke tetapi masih dalam kebingungan bagaimana jawaban sebenarnya dari pertanyaan tersebut.
Mr. Oke perlahan menjelaskan dan langsung berkata bahwa “ Malaysia bukan negara islami melainkan negara dengan mayoritas penduduk Islam”. Kami sempat terkejut dengan jawaban Mr. Oke yang begitu frontal. Tetapi akhirnya kami sadar apa yang dimaksud Mr. Oke berkorelasi dengan pertanyaannya yang kedua. Kemudian Mr. Oke melanjutkan jawabannya yaitu Malaysia adalah negara dengan mayoritas penduduk muslim dan merupakan tanah asli Melayu. Negera jiran tersebut bukanlah negara Islami yang membuat negara nya menjadi keras dalam menetapkan agama Islam sehingga membuat etnis lain yang bukan beragama Islam menjadi tidak nyaman hidup di negara tersebut. Hal itulah juga yang membuat Malaysia memiliki patung Dewa Hindu tersebesar di Asia dan juga merupakan rumah bagi etnis Tionghoa. Akhirnya rasa penasaran saya terjawab yang tadinya menganggap bahwa patung dewa Hindu tersebut adanya di Thailand tetapi semua dugaan saya terpatahkan setelah mendengar penjelasan dari Mr. Oke. Setelah mendatangi langsung negera tersebut pun awalnya saya sedikit heran dengan begitu banyaknya etnis Tionghoa di negera muslim tersebut akhirnya juga terjawab oleh pernyataan Mr. Oke.
Setelah pertanyaan pertama selesai kemudian Mr. Oke menjelaskan sejarah mengenai Temple yang berada dalam gua tersebut. Menjelang tahun 1860-an, ketika Malaysia mulai tumbuh sebagai negara berkembang di bawah pemerintahan kolonial, imigran dari Tiongkok banyak berdatangan untuk bekerja dan mencari kotoran burung dan kelelawar dari gua-gua untuk pupuk. Pada tahun 1870-an, sebuah gua menarik perhatian penguasa kolonial Inggris dan bahkan naturalis Amerika, William Hornaday (yang terkenal sebagai direktur pertama Taman Zoologi New York). Pada tahun 1891, mulai terjadi ledakan pengunjung pada situs tersebut, di antaranya adalah pedagang India dan pendiri kuil, K. Thamboosamy Pillai. Terpesona oleh mulut gua yang sangat mirip dengan ‘vel’ atau kepala tombak dari surga, lalu Pillai memperjuangkannya untuk dijadikan sebagai tempat pemujaan bagi dewa perang Hindu yang membawa tomba surgawi yaitu Dewa Murugan.
Kartikeya (disebut Murugan) adalah Dewa Hindu yang terkenal di kalangan orang Tamil di negara bagian Tamil Nadu di India, dan Sri Lanka. Dia merupakan Dewa perang dan pelindung negeri Tamil. Pada 1920-an, satu set tangga kayu yang mengarah dari tanah ke ‘vel’ dibangun untuk membantu banyak pemuja berjalan menuju gua setinggi 400 kaki ini. Dengan banyaknya peziarah akhirnya tangga kayu diganti dengan tangga dari semen seperti yang kita lihat sekarang ini. Untuk keamanan jangan kebanyakan bercanda atau membuat video lucu bikin ngakak saat menaiki atau turun tangga ratusan kaki ini. Sejak saat itu, Batu Caves telah menjadi salah satu tempat ziarah utama bagi umat Hindu di seluruh dunia. Terutama selama setengah tahun pertama untuk merayakan Thaipusam, sebuah festival di mana para pemuja menusuk tubuh sebagai simbol penebusan. Patung berwarna emas Dewa Murugan setinggi 140 kaki ini didirikan pada 2006 sebagai penghargaan bagi sang Ilahi.
Tidak lama setelah Mr. Oke menyampaikan sejarah mengenai patung Dewa Murugan yang sangat besar tersbut kami pun sampai pada tujuan. Seluruh siswa, guru dan tour guide rurun dari bus dan berjalan dari parkiran bus menuju lokasi kuil tersebut kami banyak mendapati orang-orang India yang menjual kalung bunga dari awal masuk saja kami sudah sangat merasakan vibe seperti di India, lingkungan dan keadaan sekitarnya sangat khas akan agama Hindu, setelah melewati orang-orang yang berjualan tersebut kami langsung disuguhi oleh kuil disebelah kiri. Sampai di depan patung Dewa Murugan raksasa tersebut kami memulai explore tempat tersebut dengan berfoto grup terlebih dahulu, setelah foto kami pun mulai meng-explore tempat tersebut. Saya dan beberapa siswa yaitu, Abrar, Bibi, Nayla, Atha, Defa, Rara, Anya, Puan dan beberapa siswa lainnya menaiki tangga pada gua tersebut, kami naik dengan terenggah-enggah karena jumlah anak tangga yang kami naiki berjumlah sangat banyak tapi kami sangat semangat menaikinya meskipun lelah karena rasa ingin tahu kami yang sangat luar biasa mengenai isi di dalam gua tersebut.
Sampai kami di atas dan Sudah habis menaiki tangga tersebut pemandangan pertama yang kami temui adalah orang-orang yang menjual minuman dan oleh-oleh khas tempat tersebut, banyak dijual patung-patung kecil khas agam Hindu. Setelah melewati orang-orang berjualan kemudian kami menemukan 3 anak tangga menurun. Kami pun menuruni anak tangga tersebut lalu kami langsung menjumpai kuil disebelah kiri. Kuil yang berada di dalam gua tersebut terbuka untuk umum, semua kalangan maupun turis yang beragama lain pun diizinkan masuk dengan syarat harus melepas alas kaki karena itu merupakan tempat suci bagi mereka jadi sebagai salah satu bentuk penghormatan bagi tempat suci maka dilarang memasuki alas kaki kedalam kuil tersebut. Bahkan seluruh umat Hindu sudah melepas alas kaki dari awal masuk dari bawah, mereka tidak menaikkan alas kaki sama sekali ketika menaiki tingga dan berada di depan patung Dewa Murugan tersebut. Sebegitu sakral dan sucinya lah tempat tersebut bagi mereka yang beragama Hindu
Ketika kami berada disekitar kuil tersebut, kami melihat ada ritual agama Hindu yang sedang berlangsung saat itu, tanpa bertanya kami hanya menyaksikan ritual tersebut. Tidak hanya sampai disitu tapi juga masaiah ada tangga lagi yang bisa dinaiki dan di atas masih terdapat satu kuil lagi yang begitu sakral. Tepat pada anak tangga tersebut sudah dilarang menaiki alas kaki jadi apabila mau menuju ke kuil terakhir tersebut maka harus melepaskan alas kaki dari bawah. Kami pun melepaskan alas kaki lalu menaiki anak tangga tersebut dan melihat kuil yang ada di atas. Setelah melihat kuil tersebut kami turun dan kembali meunju bus untuk melanjutkan perjalanan menuju destinasi lain yaitu Sungai Hwang, Pavilion, KLCC.
Setelah kembali dari destinasi peratama yaitu Batu Caves yang terletak di Gombak, Selangor, Malaysia membuat saya banyak berfikir bahwa seindah itu tanah Melayu dengan mayoritas penduduk Muslim tersebut bisa bertoleransi dalam beragama. Bahkan kaum minoritas yang ada di tanah tersebut pun masih bisa hidup dengan nyaman dan membangun rumah ibadah semegah itu bahkan untuk beberapa event penting umat Hindu pun berlangsung di Batu Caves yang bisa mendatangkan seluruh umat Hindu yang ada di dunia menuju ke Malaysia untuk beribadah. Seketika saya berfikir begitu indahnya sebuah negara yang dipimpin oleh orang Islam yang berilmu. Jadi mengingatkan saya pada kisah sejarah dimasa lampau ketika Khilafah Utsmani yang memimpin pada masa itu membuat sejehtera penduduknya bebas dalam mempraktikkan ibadah sesuai agama masing-masing. Kemegahan Andalusia yang ketika dipimpin oleh bani Ummayyah dan juga kebijaksanaan Salahuddin Al-Ayyubi setelah menaklukkan palestina dan masih mengizinkan kaum Yahudi untuk tetap tinggal di tanah tersebut. Begitu indahnya Islam mengajarkan kita untuk bertoleransi dalam beragama.
Penulis : Cut Khairul Rizqa, S.Pd. (Guru SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe)