Diversity Day, SMPS Sukma Bangsa Lhokseuawe
Wilayah negara Indonesia terbentang dari Sabang sampai Marauke, yang memiliki ribuan pulau yang tersebar, yang didiami penduduk didalamnya dengan bergam suku bangsa, bahasa, budaya, agama, adat istiadat dan keberagaman lainnya yang menjadi ciri khas negara Indonesia yang kaya akan keberagaman yang begitu banyak akan perbedaan, sehingga lahirlah semboyan Bhineka Tunggal Ika ( walupun berbeda namun tetap satu jua ). Dan juga dijelaskan dalam surah Ar-rum :22 dan diantara tanda-tanda kekuasaanya ialah yang menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang –orang yang mengetahui.
Ayat diatas menjelaskan akan keberagaman budaya dan ras yang diciptakan oleh yang maha kuasa, bahwa perbedaan tersebut bukan untuk dijadikan bahan ejekan namun dijadikan sebagai keindahan yang harus dihargai dan dijunjung tinggi. Ibarat sebuah pelangi yang hadir setelah mendung atau hujan hadir dengan beragam corak warna merah, kuning, hijau, bergam corak warna yang begitu indah bagi yang memandangnya. Jika hanya satu warna saja yang dipancarkan maka kesan yang timbulkan tidak menarik. Oleh karena itu pentingnya memahmi keberagaman masyarakat Indonesia yang Pluralis dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, Terutama melalui pendidikan di Sekolah, agar tidak timbulnya sikap Egosentrisme dan Skeptis. Agar terciptanya sikap toleransi antar sesama saling menghargai dan menghormati.
Diversity Day
Namun dalam hal ini Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe level SMP telah mengadakan kegiatan Diversity day ( hari keberagaman ) pada tanggal 12 April 2018, kegiatain ini disinyalir oleh kelompok guru rumpun sosial mengintegrasikan mata pelajaran PKN, IPS,Seni dan Bahasa, sebelum kegiatan in dilaksanakan anak-anak sudah diajarkan materi tentang keberagaman didua kali pertemuan, setelah mereka paham materi tersebut, maka dibuatlah sutu kegiatan yang disebut Diversity Day, peserta didik yang bepastisipasi dalam kegiatan ini kelas VII Niuji, Nabawi dan VIII Badsahi, Baitul Muqarram.
Mereka terbagi kedalam 15 kelompok peroses pembentukkan kelompok sesuai dengan suku daerah asal mereka, berhubung peserta didik di Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe terdiri bermacam suku, masing-masing kelompok terdiri suku Aceh, Batak, Padang, Palembang, Jawa tengah, Jawa timur, dan Etnis China, yang mendominasi adalah suku Aceh yang terbanyak. Kegiatan ini dibuka oleh kepala Sekolah “ibu Sriyenda. S pd.” Harapan beliau, dengan kegiatan ini kita bisa belajar langsung dari orangnya mulai dari segi makanan tradisional, tarian daerah, serta kebudayaannya, serta melatih diri untuk berani tampil didepan orang banyak dengan bangga meperkenalkan kebudayannya terhadap orang lain.
Dipembukaan awal peserta didik diparedakan di atas pangggung, masing-masing model perwakilan kelompok secara berpasangan meperkenalkan diri. Setelah itu menarik nomur undian untuk persentasi, peroses pesentasi berjalan dengan lancar banyak hal-hal unik yang terjadi dari kegiatan ini anak-anak sangat antusias ketika memperaktikan adatnya dengan sangat kompak seperti , Pesijuk Uereng Aceh, Sungkeman Jawa, Peusijuk adat batak dan pembagian ampau dari etnic Cina, peserta didik sangat antusias mengikuti kegiatan ini penuh tawa hingga Akhir acara.
Manfaat yang saya lihat dari kegiatan ini, peserta didik mendapatkan ilmu akan kebudayaan secara langsung dari teman sebayanya dan mereka memperaktikkannya secara langsung juga, melatih kekompakan, kerjasa tim dan menambah wawasan . jika difikirkan di era milenia seperti ini akan sangat sulit mendaptkan informasi tentang kebiasaan kebudayaan setiap suku, jika diperkotaan informasi tersebut akan sulit didapatkan dibandingkan di perdesaan, di kota hanya bermodalkan tekonologi untuk mencari informasi tersebut, dengan kegiatan ini setidaknya mereka paham akan kebudayaan sukunya sendiri dan suku orang lain agar tak hilang dimakan zaman Globalisasi ini.
Sebagaimana dijelaskan dalam buku Multikultularisme pendidikan Multikultural dipersepsikan sebagai suatu jembatan untuk jempatan untuk mencapai suatu kehidupan kehidupan bersama dari umat manusia didalam era Globalisasi yang penh dengan tantangan-tantangan baru. Pertemuan antar budaya yang mengandung potensi-potensi yang bermanfaat bagi manusia tapi jiga menumbulkan kesalahapahaman dalam komunikasi antar budaya, antarkelompok, dan etnis. ( H.A.R. Tilaar 137)
Gunawan, S.Pd.I, Guru PKN, SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe