Home Made untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
Belajar tidak selamanya harus di kelas dan dengan guru bidang studi, tetapi pembelajaran juga bisa dilakukan diluar kelas dengan mengundang guru tamu atau lebih dikenal dengan Guest Teacher. Kegiatan Guest Teacher ini merupakan salah satu kegiatan rutin dan wajib dilakukan pada setiap pembelajaran dengan menyesuaikan tema dan guru tamu yang diundang. Dalam pelajaran IPS adanya materi “pengaruh kegiatan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat”. Pada tanggal 13 Februari 2024 tepatnya hari selasa, kelas V Nabawi dan V Madinah kedatangan guru tamu seorang owner “Dapur Ummi” sekaligus anggota DWP Kota Lhokseumawe Ibu Jannatulliani, S. Si.
Kegiatan tersebut berlangsung di kelas. Dalam kegiatan ini, Ibu Lia menyampaikan materi dengan menceritakan produk-produk home made berupa kue kering, seperti makaroni, aneka kue untuk lebaran yaitu nastar, putri salju, cookies dan makanan frozen food seperti empek-empek dan tekwan. Di awal beliau menjelaskan, suasana kelas senyap sepi dan kurang bersemangat, sehingga Bu Lia mengajak anak-anak melakukan ice breaking sebutan nama buah dengan gerakan yang dipraktikkan oleh beliau. Setelah itu, beliau menanyakan siapa yang tadi pagi ada shalat subuh berjamaah? “Saya Bu”, ucap Alief dan Arfa. Dua sekawan yang bestie dari semenjak kelas rendah ini pun diberikan door prize tumbler oleh Bu Lia. Beliau kembali memancing fokus dan semangat anak-anak dengan pertanyaan berikutnya. “Siapa yang tadi pagi membantu mama masak di rumah?” Anak-anak saling menatap dan diam seribu bahasa. Terdengar suara lembutnya dari Ratu yang menjawab, “saya Bu, jawab Ratu, saya tadi bantu mama rajang bawang dan cabe untuk goreng telor”. “Waah bagus itu”, ucap Bu Lia.
Bu Lia memberikan contoh seporsi nasi yang lengkap dengan lauk ikan dan sayur mayur. Dalam seporsi nasi itu ada beberapa jenis usaha masyarakat yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Seperti jenis usaha dibidang pertanian dan perikanan, ada petani padi, sayur, ikan yang berjuang dengan bisnis usahanya untuk mendapatkan uang. Bu Lia juga membuka usaha makanan yang memperkerjakan tetangga di lingkungan Bu Lia tinggal untuk membantu Bu Lia membuat kue, sehingga tetangga Bu Lia dapat terbantu ekonominya dari hasil penjualan usaha kue keringnya Bu Lia, jelas Bu Lia. Bu Lia pun mengetes wawasan anak-anak dengan pertanyaan “bagaimana cara membuat kue nastar?” Tanya Bu Lia. Hampir semua anak laki-laki di kelas berlomba menjawab secara serentak. Bu Lia pun memberikan kesempatan kepada Kadafi untuk menjelaskan tata cara membuat kue nastar. Pertama kan Bu membuat adonan tepung dan din bentuk bulat kemudian di isi sele nanas dan di olesein kuning telur dan keju sebagai toppingnya setelah itu dipanggang dengan oven. Saya pun terkagum-kagum dengan jawaban Kadafi yang hafal betul caranya. Hal ini membuat Bu Lia heran dan bertanya “kenapa siswa laki-laki yang bisa membuat kue dan paham caranya? Apa jangan-jangan anak ceweknya masak air pun gak bisa”? Mereka tersenyum malu.
Seiring berjalannya waktu, Bu Lia yang dibantu oleh tim IBU DWP Kota Lhokseumawe devisi pendidikan menampilkan beberapa produknya dibidang minuman yaitu coffee arabic dengan rasa yang berbeda dan harga yang ramah dikantong, bisa ngopi dimana ajha tanpa harus ke cafe. Anak-anak mendengarkan dengan seksama. Terlihat wajah bahagianya anak-anak ketika mendapatkan door prize ketika bisa menjawab pernyataan yang diberikan. Ibu Ketua DWP memberikan pertanyaan makanan apakan yang banyak mengandung protein? Azzam mengangkat tangan dan berusaha menjawab namun jawabnnya kurang tepat, Azzam menjelaskan minuman yang mengandung protein, padahal yang ditanya adalah makanan. Namun beliau salut melihat anak-anak antusias dan berani menjawab pertanyaan meskipun jawabannya belum tentu benar. Beliau memberikan apresiasi terhadap anak-anak SD Sukma yang mempunyai keberanian dan mental yang kuat serta percaya diri.
Selain bermanfaat dan menambah wawasan anak-anak juga menambah pengetahuan saya terkait betapa manfaatnya home made di kalangan masyarakat di era ekonomi yang sulit dan harga barang yang semakin mahal sehingga dengan adanya usaha ini sedikit membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehar-hari. Saya melihat siswa begitu puas dengan semua penjelasan yang beliau sampaikan, terlihat dari senyuman yang penuh bahagia terpancar dari wajah generasi bangsa yang beretika apalagi diberikan banyak door prize. Kegiatan ini juga memberikan manfaat kepada saya sebagai seorang pendidik. Sesuai dengan motto Sekolah Sukma Bangsa At School That Learn yaitu sekolah adalah tempat belajar dimana seluruh warga sekolah dituntut untuk selalu belajar. Menjadi guru bukan berarti saya sudah sempurna, namun saya juga masih perlu belajar banyak hal. Diakhir kegiatan, kami melalukan sesi foto bersama dan penyerahan sertifikat sebagai rasa terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.
Penulis: Riska Pristiani, S.Sosio (Guru PKn SD Sukma Bangsa Lhokseumawe)