I Love My Self! More Self Love, Less Insecurity!
Kesehatan mental merupakan salah satu aspek kesehatan yang juga perlu diperhatikan untuk mencapai kondisi psikologis yang sejahtera. Menurut World Health Organization (WHO), ada empat kriteria terjaganya kesehatan mental; (1) dapat mengatasi berbagai stres dan masalah sehari-hari; (2) mampu beraktivitas secara produktif; (3) dapat menggali potensi diri; (4) berkontribusi terhadap lingkungan sekitar. Keempat hal itu merupakan indikator yang perlu diperhatikan untuk menyadari kondisi kesejahteraan psikologis seseorang. Individu yang memiliki kondisi mental yang baik akan memiliki rasa optimisme yang tinggi, percaya diri dan merasa dirinya berharga.
Kesehatan mental memiliki kepentingan yang sama dengan kesehatan fisik. Banyak yang akan terjadi ketika individu tidak dapat mencapai kesejahteraan psikologis yang baik, seperti mudah mengalami kecemasan, tidak percaya diri, sulit berinteraksi, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan dan sebagainya. Hal-hal seperti ini tidak bisa diremehkan, karena sedikit banyaknya akan menganggu produktivitas seseorang dalam berkegiatan, begitu juga kondisinya terhadap siswa. Belakangan ini, banyak terdengar kata-kata “insecure” di khalayak remaja. Kebanyakan dari mereka merasa insecure karena fisik dan kemampuan yang dimiliki. Salah satu cara agar tidak merasa insecure adalah dengan menerapkan “self acceptance”.
Self acceptance adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat mengenali dan menerima semua hal yang ada, baik itu hal yang positif atau negatif. Kondisi penerimaan diri ini berupa penerimaan tentang fisik sampai kemampuan yang ada di dalam diri. Individu yang sudah mencapai penerimaan diri yang baik akan memandang kelebihan dan kekurangan yang ada di dalam dirinya secara objektif. Sementara individu yang belum mencapai penerimaan diri yang baik akan cenderung menilai dirinya secara belebihan dan menolak kelemahan yang dimiliki atau menghindari hal-hal buruk yang ada di dalam dirinya, apakah itu pengalaman buruk yang pernah terjadi atau kondisi lainnya. Penerimaan diri ini bukan hanya sebatas menerima kondisi apapun yang dimiliki, namun juga memiliki upaya untuk terus mengupayakan suatu kemajuan dan pengembangan dari segala aspek dan potensi diri yang dimiliki.
Salah satu manifestasi dari penerimaan diri adalah dengan mencapai “self love”. Self love adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat mencintai dirinya sendiri. Kondisi ini akan membuat individu merasa berharga sehingga dapat menurunkan kecenderungan untuk merasa insecure atau perasaan tidak aman terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, seminar bertajuk “Self Love to Overcome Insecurity to Build Self Confidence” diadakan dalam upaya menstimulasi siswa untuk mengenal dirinya yang harapan akhirnya siswa dapat percaya diri dengan segala hal yang dirasakan dan dimiliki. Kegiatan ini diadakan pada Rabu, 5 Oktober 2022 dan diikuti oleh siswa kelas tujuh SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe. Seminar diisi oleh Ainul Mardiah, S.Psi yang merupakan salah satu trainer muda dari Tanda Seru Indonesia.
Kegiatan ini dilaksanakan di perpustakaan sekolah mulai pukul 08.00-10.00 WIB. Pemateri membuka kegiatan dengan membuat afirmasi positif yang membakar semangat siswa, seperti “Semangat Pagi! Pagi! Semangat!” dan “SMP Sukma Bangsa, Yes! Pasti Bisa!. Seluruh siswa pun di ajak untuk berdiri untuk menyuarakan afirmasi positif yang ada sambil mengikuti gerakan dari pemateri. Terlihat seluruh siswa bersuara dengan lantang sambil menggerakkan tubuhnya. Pemateri mengawali kegiatan dengan menyampaikan, “ini bukan materi ya, tapi disini saya akan menjadi teman cerita untuk adik-adik semua”. Pemaparan awal seperti ini menjadi pembuka yang baik, sehingga siswa menganggap kegiatan ini sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Pemateri membuka kegiatan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti (1) “apa itu self love?”; (2) “apakah kamu sudah mencintai diri sendiri?”; dan (3) “bagaimana cara mencintai diri sendiri”. Siswa pun memberikan respon dengan beragam jawaban. Siswa memberikan tanggapan kalau self love itu adalah sikap mencintai diri sendiri dengan cara merawat dan menjaga kebersihan diri. Pemateri pun memberikan penjelasan, “self love itu adalah kondisi saat kita bisa mengenali, memahami, menerima dan mencintai diri sendiri”. Pemateri memberikan afirmasi positif lainnya yang berbunyi, “kalau pikiran negatif, perasaan negatif, kelakuan negatif, maka perilaku juga negatif”. Seluruh siswa pun bersama-sama menyuarakan sambil menggerakkan badannya sesuai instruksi yang diberikan.
Selanjutnya pemateri meminta siswa untuk menuliskan empat hal, yaitu mengenai (1) karakter diri; (2) potensi diri; (3) pertanyaan terkait apakah siswa sudah menerima kondisi dirinya saat ini; dan (4) komitmen siswa untuk terus konsisten dalam mengembangkan diri. Seluruh siswa pun diberikan kertas untuk menuliskan empat hal itu. Siswa menuliskan segala kondisi yang dimiliki dengan harapan siswa akan mencapai kesadaran akan kondisi yang dimiliki. Selesai menulis, pemateri memberikan instruksi kepada siswa untuk berdiri dan meremas kertas yang sudah ditulis. Kertas yang sudah di tulis itu pun akhirnya dilempar sebagai manifestasi dari “membuang” segala kecemasan dan kekhawatiran yang selama ini dirasakan siswa.
Terlihat situasi yang haru dari kegiatan ini, siswa saling berpelukan dengan sesama temannya seperti saling memberikan energi positif kepada sesama temannya. Berdasarkan apa yang ditulis oleh siswa, siswa kerap merasa insecure dengan penampilan fisik yang dimiliki dan kemampuan diri yang masih dianggap kurang. Rasa insecure ini semakin berkembang karena siswa kerap membandingkan diri mereka dengan teman-teman mereka yang dirasa lebih “oke” oleh mereka. Perasaan ini muncul karena siswa belum dapat mengenali dan menerima sepenuhnya kondisi diri yang mereka alami. Akhirnya, siswa kerap khawatir dengan respon buruk dari lingkungan mereka.
Kegiatan pun ditutup dengan sesi mengungkapkan kesan mereka setelah mengikuti kegiatan ini. Berikut beberapa pernyataan dari siswa:
“Saya merasa, ternyata saya memiliki banyak hal yang bisa saya lakukan. Saya beryukur memiliki banyak teman dan bisa sekolah disini. Saya berharap semuanya dapat merasakan hal yang sama juga”.
“Saya menjadi tahu kalau kita harus mencintai diri sendiri. Saya bisa menulis kekurangan saya melalui kegiatan ini. Banyak sekali pesan-pesan penting dari kegiatan ini. Momen berkesannya ketika kami saling berpelukan dan disitu saya merasa tersentuh.”
“Kegiatannya seru, banyak yel-yel. Pematerinya juga asik dan baik. Semoga makin banyak kegiatan seru lainnya yang seperti ini!”.
“Saya suka dengan kegiatan ini karena bisa menyentuh hati. Melalui kegiatan ini saya bisa merubah diri saya menjadi pribadi yang lebih positif dan belajar untuk mencintai diri sendiri”.
“Saya jadi semakin menyadari kalau diri ini sangat berharga. Setelah mengikuti seminar ini saya jadi semakin bangga dengan diri saya”. Semoga melalui kegiatan ini siswa dapat mencapai empat hal, yaitu (1) self awareness; (2) self worth; (3) self esteem dan; (4) self care. Siswa dapat mengenal dan memahami karakter, kelebihan dan kekurangan diri, sehingga perasaan berharga akan hadir karena siswa tidak sepenuhnya mengikuti standar penilaian dari orang lain. Kedepan siswa akan memiliki standar sendiri sehingga kepercayaan diri pun akan terbentuk. Setelah ketiga hal itu tercapai, siswa akan mulai tergerak untuk merawat dirinya secara fisik maupun mental. Akhirnya manifestasi dari tercapainya self love ini adalah dapat menjadi individu yang produktif dan terus mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
By : Aulia Denisa Putri, S.Psi. (Konselor SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe)