Inspirasi
“Great teachers don’t just teach you; they change you,” Vicki Phillips.
INSPIRASI selalu diperlukan dalam hidup. Ia bisa datang dari mana saja. Hadir sebagai jawaban atas sebuah proses pencarian yang panjang, berdasarkan pengalaman di masa lalu atau ia datang sebagai kejutan yang diiringi pertanyaan-pertanyaan.
Inspirasi selalu mendorong sebuah proses pencapaian baru dan semestinya membawa seseorang bergerak maju. Ketidakhadiran inspirasi hanya berujung kejumudan serta kekakuan pikir dan tindakan. Karenanya, inspirasi selalu dikaitkan dengan rangsangan, motivasi, ide baru, dan kreativitas.
Inspirasi dibutuhkan untuk membuat hidup kembali berdegum, pikiran beranjak menjadi tindakan yang berujung pencapaian. Dalam pendidikan, inspirasi sering menjadi sebuah keniscayaan. Darinya, pertanyaan atau gugatan dan kreativitas bisa bermula, mendorong suatu upaya pencapaian. Pencapaian dalam pendidikan selalu bertolak dari inspirasi yang menohok dan kreativitas yang tak pernah lekang.
Setiap orang yang pernah mengenyam pendidikan, hampir pasti memiliki seseorang atau sesuatu yang menginspirasi, menginisiasi ide-ide kreatif, serta mendorongnya dalam langkah dan tindakan perubahan.
Guru, mentor, pembimbing, atau apa pun julukannya, sering disebut berada di balik setiap pencapaian dan perayaan keberhasilan. Mereka dianggap sebagai asal datangnya inspirasi. Asal ini dapat mewujud dalam nasihat, pengetahuan, atau contoh perilaku.
Tampak sederhana karena disampaikan sebagai bagian laku seorang pendidik, tetapi menjadi unik dan istimewa karena mampu merebut ruang ingatan dan kesadaran seseorang, sekaligus memberi dorongan untuk melakukan yang terbaik. Misalnya, kisah hidup Helen Keller–sarjana tunarungu-tunanetra pertama. Tokoh pejuang hak kaum disabilitas dan salah satu pendiri ACLU (American Civil Liberties Union), tidak bisa dilepaskan dari peran Anne Sullivan, guru yang tak terpisahkan dalam kehidupan Helen Keller.
Sejak usia 19 bulan, Keller menderita sakit yang mengakibatkan dirinya kehilangan pendengaran dan penglihatannya. Sebuah kondisi yang ia sebut kemudian sebagai kehidupan ‘di tengah laut yang berkabut tebal’. Hingga pada 5 Maret 1887, yang kemudian selalu ia sebut sebagai ‘hari kelahiran jiwanya’, Keller bertemu dengan Johanna Mansfield Sullivan Macy atau yang kemudian dikenal sebagai Anne Sullivan.
Sullivan, guru muda berbakat dengan latar belakang kehidupan yang penuh kepedihan, membantu Keller sepanjang hidupnya, mulai mengeja, mengenal kata melalui sentuhan pada gerak bibir, membaca huruf Braille, dan berbicara.
Sullivan pula yang mendampingi dan menjadi salah satu alasan Keller mampu menjadi sarjana di Radcliffe College, Universitas Harvard, menulis biografi, membantunya menjadi pembicara, dan penulis andal. Sampai akhir hidupnya, Sullivan ialah inspirasi yang mengubah hidup Keller.
Kisah beberapa guru di Tanah Air juga sumber inspirasi bagi murid-murid, guru lain, atau siapa pun. Kisah Bu Muslimah, tokoh nyata dalam novel Laskar Pelangi, yang berani menerima Harun, siswa down syndrome di kelasnya.
Pak Untung, guru honorer tanpa lengan di Sumenep yang terus mengajar di tengah keterbatasannya. Lalu, kisah Ahmad Haris di Nusa Tenggara Timur yang harus menyeberang lautan hanya untuk bertemu para muridnya di Pulau Pura atau almarhum Een Sukaesih di Sumedang, Jawa Barat, yang mengabdikan hidupnya mengajar meskipun dalam keadaan lumpuh total, serta masih banyak lagi.
Mereka lebih dari sekadar guru, lebih dari sekadar mengajar. Mereka ialah penggerak hati dan pendorong banyak orang lain untuk melakukan hal yang besar. Mereka ialah sumber inspirasi.
Guru yang menginspirasi
Guru yang memberi inspirasi tidak hanya mengajar, tetapi juga mengubah hidup anak didiknya. Menjadi guru yang menginspirasi ialah mutlak bagi seorang pendidik. Terutama di masa ide dan pengetahuan bisa didapat dari mesin pencari, bukan lagi menjadi milik pribadi-pribadi, melainkan lebih merupakan hal baik yang harus dibagi.
Pada masa pengetahuan dan ide bisa datang dari mana saja, menjadi sekadar guru yang menguasai pengetahuan tertentu, tidaklah cukup. Diperlukan kualitas lain untuk menjadi sumber inspirasi yang mampu menghadirkan perubahan dalam hidup murid mereka. Bagaimana menjadi guru sumber inspirasi bagi murid dan guru lain?
Dalam sebuah tulisan pendek untuk teacher appreciation week pada Mei 2015, Vicki Phillips, Direktur College Ready Education-Bill and Melinda Gates Foundation, menyebutkan setidaknya ada lima kemampuan yang membuat guru dapat menjadi sumber inspirasi bagi murid dan orang lain. Pertama, kemampuan membimbing (mentorship). Seorang guru yang memiliki kemampuan membimbing akan membuatnya mudah menjadi sumber rujukan dan inspirasi.
Guru dengan kemampuan ini biasanya ialah mereka yang selalu bersedia memberikan dukungan dan mampu menyemangati murid maupun sejawatnya.
Kedua, dedikasi. Guru yang menjadikan profesinya melebihi sekadar pekerjaan dan rutinitas, biasanya ialah mereka yang dengan mudah menyumbangkan waktu, tenaga, cinta, dan sumber daya yang ia miliki demi peluang muridnya mendapatkan pencapaian terbaik mereka.
Ketiga, kolaborasi. Mengajar selalu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan kerja sama dalam tim yang terdiri atas kemampuan untuk melakukan kolaborasi kreatif dan kerja sama profesional dengan guru lainnya.
Kerja sama memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman atas praktik-praktik terbaik yang pernah mereka lakukan berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran murid.
Keempat, keyakinan (belief). Guru yang mampu menularkan keyakinan bahwa seseorang bisa mencapai potensi terbaiknya, bahkan melebihi apa yang diyakini orang itu ialah awal dari inspirasi yang mendorong motivasi tumbuh. Gairah dan komitmen guru atas pembelajaran yang ia berikan pada muridnya akan memengaruhi dan membentuk masa depan mereka.
Terakhir, berkaitan dengan dampak yang dimunculkan. Guru yang mampu memberikan dampak positif pada muridnya biasanya ialah mereka yang mampu menciptakan hubungan dan menyediakan lingkungan positif dalam proses belajar. Dampak dari hubungan positif yang ia ciptakan, akan berujung pada pencapaian yang baik pula.
Jelas, guru yang mampu menginspirasi tidak begitu saja hadir atau tiba-tiba jatuh dari langit. Ia ialah hasil proses yang harus diusahakan dan terus dilakukan. Untuk mencapainya, dibutuhkan serangkaian kerelaan, komitmen, dan tentu saja daya tahan. Jelas bukan sesuatu yang mudah diwujudkan. Namun, merupakan tantangan yang selalu layak untuk ditundukkan.
Penulis: Victor Yasadhana Direktur Pendidikan Yayasan Sukma
Pada: Senin, 28 Jan 2019, 05:30 WIB OPINI