Melawan Mental Block
BELAJAR dan meng ajar di era digital mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan yang kompleks. Perubahan dalam bidang teknologi, informasi, dan komunikasi tidak saja telah mengubah kecepatan manusia dalam mengakses pengetahuan (baca: data) dan keterampilan tertentu, tetapi juga telah mengubah-atau setidaknya–memberi pengaruh besar pada bentuk dan gaya relasi antarmanusia.
Perubahan yang cepat itu juga terasa hadir dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Celakanya, kesiapan para guru merespons perubahan yang cepat itu tidak selalu memadai. Berkaitan dengan penguasaan teknologi saja, masih banyak PR bagi para pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan teknologi informasi dan komunikasi bagi guru.
Persoalan lainnya yang justru sering lupa diperhatikan ialah bagaimana mengelola kemauan dan mentalitas guru untuk berubah dan merespons tantangan belajar-mengajar di era digital secara lebih baik.
Perubahan yang ‘tiba-tiba, cepat, dan mengejutkan’ sebagai gejala disrupsi–terutama sebagai akibat inovasi teknologi digital–telah terjadi dan sering tidak disadari. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu hanya bisa direspons dan dipahami dengan baik oleh mereka yang juga menganggap perubahan betul terjadi dan penting direspons atau dikelola (para pemimpin yang disruptive).
Selanjutnya, mereka yang menyadari berbagai perubahan dan merasa perlu untuk meresponsnya hanyalah mereka yang bersedia untuk memiliki apa yang disebut sebagai disruptive mindset, kebersediaan untuk berubah (Rhenald Kasali, Disruption, 2017). Bagi guru, kemampuan untuk merespons perkembangan zaman dan kecepatan inovasi teknologi ialah sebuah kebutuhan tak terelakkan. Mereka dituntut terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan perubahan yang memengaruhi bidang pekerjaan mereka.
Guru dituntut selalu belajar, mengembangkan kreativitas dan menghasilkan inovasiinovasi dalam merespons perubahan dalam pendidikan. Dengan demikian–dalam konteks pendidikan di sekolah– perta nyaan yang perlu diajukan, mengapa banyak guru kesulitan berubah? Mengapa respons terhadap perubahan sering kali tidak memadai? Mengapa guru kesulitan mengembangkan kreativitas dan menghasilkan inovasi baru?
Hambatan
Salah satu penyebab seorang guru tidak mampu berubah dan beradaptasi dengan perubahan dan menjadi lebih kreatif dan inovatif ialah apa yang dikenal sebagai mental block, sebuah hambatan mental yang menghalangi seseorang untuk mencapai potensi aktual atau tujuan yang ingin dicapainya.
Hambatan mental semacam itu dapat disebabkan beberapa hal. Umumnya bisa disebabkan pengalaman traumatik di masa lalu, pendidikan atau nasihat yang keliru dan diulang terus-menerus sehingga menjadi belief system yang terus terbawa hingga usia dewasa. Kepercayaan semacam itu kemudian sering hadir sebagai bentuk ‘sabotase diri’ yang menghambat seseorang sulit mencapai apa yang diinginkan.
Dalam konteks proses belajar dan mengajar saat ini, hambatan mental yang sering dihadapi guru muncul dalam ungkapan seperti ”Zaman sudah berubah, (dan) saya tidak akan bisa mengikutinya,” atau ”Murid sekarang hanya tertarik dengan gadget dan internet dan tidak lagi tertarik untuk belajar dan mendengarkan gurunya.”
Ungkapan yang cenderung defensif seperti ”Anak sekarang susah diatur,” atau ”Murid sekarang cenderung mengacau dan mereka harus mengikuti cara belajar dan mengajar yang saya ketahui.” Atau malah ekspresi frustrasi, ”Saya tidak akan pernah bisa mengikuti dan mengelola gaya belajar serta perilaku murid saya. Mereka berbeda!”
Tentu saja tidak semua guru tumbuh di zaman teknologi digital seperti saat ini. Jikapun mereka tumbuh di masa teknologi digital, belum tentu semuanya mendapatkan akses yang memadai untuk mengenal, mempelajari, dan menggunakan keajaiban teknologi digital dalam proses belajarmengajar. Namun, dengan menimbang tantangan di hadapan mata, tentu saja juga bukan sesuatu yang elok jika guru hanya memilih meratapi dan menyalahkan keadaan. Sudah sepantasnyalah guru berubah.
Guru harus mengubah mindset mereka yang melihat perubahan sebagai ancaman menjadi perubahan sebagai peluang atau tantangan untuk ditaklukkan. Untuk itu, guru harus mencari jalan lebih kreatif dan mampu menghasilkan inovasi dalam proses pembelajaran.
Cara melawan Dalam sebuah tulisan yang berjudul Knocking Down Your Mental Blocks (Bob Cox, 2009), setidaknya terdapat tiga langkah yang bisa dicoba untuk melawan hambatan mental. Pertama, mengubah cara berpikir. Cara berpikir seseorang akan memengaruhi cara bersikapnya atas perubahan yang terjadi. Cara bersikap itulah yang pada akhirnya menentukan pilihan tindakan yang akan dilakukan.
Jika perubahan cepat di era teknologi digital dianggap sebagai sebuah keniscayaan dan bukan ancaman, ketakutan akan perubahan tidak pernah muncul sehingga pilihan tindakan untuk merespons perubahan yang terjadi bisa lebih memadai atau tepat.
Kedua, berusaha ‘mengurangi persinggungan’ dengan orang lain atau mendengar pendapat yang cenderung bernada negatif. Di sekolah, guru tidak hidup di ruang yang hampa. Ia dikelilingi dan berinteraksi dengan orang lain. Sayangnya, tidak semua orang bisa menjadi pendukung pikiran positif atau mendorong dan mendukung kreativitas atau inovasi.
Mereka bukan orang yang jahat, tetapi ada baiknya membatasi untuk mendengar atau terlibat dengan orang-orang semacam itu. Sekolah bisa mengambil peran aktif untuk membangun lingkungan yang positif yang memungkinkan para guru mengembangkan diri dan memperbincangkan isu-isu penting, atau bahkan isu sensitif dalam proses belajar dan mengajar dengan aman dan nyaman. Dengan cara itu, ruang belajar untuk mengatasi hambatan mental akan tersedia dan memberi kesempatan bagi para guru untuk bersamasama menaklukkan hambatan mental mereka.
Ketiga, melupakan masa lalu dan menjadikan kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar. Guru harus selalu bisa move on dari kesulitan dan kega galan yang pernah dialami. Perubahan yang terjadi ialah kesempatan untuk maju. Fokus untuk menghadapi situasi saat ini sembari mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan masa depan ialah pilihan terbaik yang bisa dilakukan. Perubahan cepat, tiba-tiba, dan mengejutkan dalam era digital saat ini ialah realitas yang harus dihadapi dan bukan dihindari.
Keterampilan untuk melawan hambatan mental tentu tidak mudah. Namun, keterampilan itu harus terus dilatih dan dibiasakan. Hanya dengan menaklukkan mental block, kreativitas guru bisa dikembangkan dan inovasi-inovasi baru bisa diharapkan. Jika tidak, kontribusi guru dalam proses belajar akan segera tampak usang dan mudah dilupakan.
Siti Aminah, Pensiunan Guru SD | MI, 5 Februari 2018