Mempelajari Potensi Ekonomi Masyarakat Aceh Tengah melalui Wisata Alam dan Budaya
School visit merupakan salah satu program belajar yang sangat dinantikan oleh siswa Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe. Melalui program ini, siswa dapat langsung belajar ke suatu tempat yang tidak hanya terbatas pada sepetak ruang kelas saja, tetapi dapat terjun langsung ke lokasi belajar yang lebih nyata. Dengan landasan itu, tentunya membuat suasana belajar lebih antusias dan kontekstual.
Dalam rangka merealisasikan contextual learning tersebut,pada semester genap tahun pelajaran 2022-2023 ini, para guru yang mengampu mata pelajaran IPS, Bahasa Indonesia, dan Olahraga saling berkolaborasi untuk mengadakan school visit bersama siswa kelas VIII SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe. Sesuai dengan materi Potensi Ekonomi di mata pelajaran IPS, Teks Ulasan di mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan Aktivitas Olahraga Air di mata pelajaran Olahraga, Bu Ikhwani, S.Pd., Bu Dewi Puspita Sari, S.Pd., dan Pak T. Saiful Ahmad, S.Pd. serta konselor Bu Aulia Denisa Putri, S.Psi. mengajak siswa melakukan kunjungan ke beberapa objek wisata budaya dan alam yang terdapat di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Kunjungan hari pertama, yakni Selasa, 30 Mei 2023, rombongan bergerak menuju Dewan Kerajinan Nasional Daerah atau yang disingkat dengan Dekranasda. Tempat ini merupakan pusat objek wisata budaya di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Sekitar pukul 13.00 WIB seluruh siswa dan guru yang berjumlah 49 orang ini langsung mendatangi tempat tersebut. Setibanya di sana, kami di sambut oleh Bu Ulfa, selaku Bendahara Dekranasda. Kami dipersilakan duduk dan disuguhi kopi khas Gayo serta beberapa kudapan sembari menunggu Bu Fatmawati, selaku Sekretaris Dekranasda.
Tak lama berselang, Bu Fatmawati pun tiba di lokasi. Senyum hangat dan ekspresi terkejut pun terpancar dari wajah beliau saat melihat rombongan siswa dan guru SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe siang itu. Kami para guru pun bersalaman sembari memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan kedatangan kami. Dalam kata sambutannya, beliau juga banyak memberikan wawasan terkait potensi ekonomi yang dimunculkan dengan banyaknya kerajinan daerah dari budaya masyarakat setempat. Suasana siang hari yang berbalut kesejukan suhu di kota ini membuat para siswa semakin nyaman melihat-lihat berbagai kerajinan daerah yang dipajang di berbagai sudut.
Sebelum melakukan observasi, siswa juga telah dibentuk ke dalam beberapa kelompok belajar yang terdiri atas empat kelompok siswa perempuan dan empat kelompok siswa laki-laki. Siswa juga telah diberikan panduan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang berkaitan dengan poin-poin tujuan pembelajaran pada mapel terkait. Selanjutnya, siswa diberikan kebebasan untuk mengeksplor, bertanya, ataupun mendokumentasikan segala kerajinan khas daerah karya masyarakat setempat di ruang tersebut. “Sebenarnya masih ada banyak lagi kerajinan tangan yang kita hasilkan, Nak. Berhubung minggu depan ada pameran, jadi sebagian sudah kita pindahkan barang-barangnya,” ungkap Bu Fatmawati di sela-sela menemani siswa berfoto dan melihat-lihat beberapa kerajinan yang terpajang, seperti tas, gelang, kain Kerawang Gayo, dan kerajinan khas unik lainnya. “Tidak apa-apa Bu. Ini sudah cukup mewakili untuk menambah wawasan anak-anak kami,” jawab para guru.
Selanjutnya pada hari kedua, Rabu, 31 Mei 2023, siswa kelas VIII SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe mengunjungi Museum Negeri Gayo yang terletak di Kabupaten Aceh Tengah. Museum ini diresmikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah pada tanggal 26 September 2005. Arsitektur bangunan pada museum tersebut mengggunakan ornamen tradisional dari etnis Gayo.
Kegiatan diawali dengan kata sambutan oleh Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Tengah, Fuadi Zahar, ST. Pak Fuadi menyampaikan bahwa potensi ekonomi Aceh Tengah terlihat dari berbagai bidang, terutama wisata alam, pertanian kopi, dan wisata budaya yang salah satunya adalah Museum Negeri Gayo.
Selanjutnya, siswa diarahkan memasuki museum. Ruangan pertama berisi benda-benda hasil kebudayaan seperti tikar, senjata tradisional, seruling, minatur masyarakat lampau dalam bertani serta miniatur sekolah. Pada ruang selanjutnya, siswa dapat melihat fosil peninggalan zaman prasejarah hasil kebudayaan Gayo. Sambil berkeliling di museum, siswa dapat bertanya-jawab dengan pihak museum. Secara umum, koleksi museum ini antara lain berupa pakaian adat Kerawang Gayo, kerangka manusia prasejarah, foto Gayo tempo dulu, tempayan, dan nengel sebagai alat pengganti cangkul.
Usai menelusuri berbagai ruangan di dalam museum, kami pun diajak untuk duduk di dalam satu ruangan museum yang didalamnya terdapat replika rumah adat Gayo. “Kenali sejarah agar tidak salah melangkah”, kata Gunawan, S.E. selaku tim analisis Museum Negeri Gayo.
Beliau bertanya “Apakah anak-anak sekalian melihat pakaian adat Gayo di awal masuk Museum? Apa warna pakaian adat yang dilihat?” Siswa secara serentak menjawab, “Kuning, Pak”. Pak Gunawan kemudian menjelaskan lebih lanjut tentang makna dari pakaian adat Gayo yang memiliki empat warna dasar, yaitu kuning, putih, merah, dan hijau yang dipakai untuk tokoh masyarakat sesuai perannya masing-masing dalam masyarakat.
Di akhir pemaparan, Pak Gunawan juga memotivasi siswa untuk mencintai kearifan lokal dan juga bijak dalam mengikuti perkembangan zaman. Berbagai nasihat pun diutarakan kepada seluruh siswa layaknya beliau menganggap para siswa sebagai anaknya sendiri. Kebetulan beliau juga pernah menjadi bagian dari dunia pendidikan dengan menjabat sebagai kepala sekolah di suatu SMP di Aceh Tengah sehingga beliau tahu betul bagaimana lika-liku ikhtiar para guru dalam mendidik siswanya di sekolah. Kecintaan beliau terhadap kebudayaan Gayo yang kemudian membuat hatinya tergerak menggeluti profesinya saat ini.
Setelah itu, siswa bergerak untuk melihat langsung rumah adat Gayo dan benda peninggalan di dalamnya seperti foto Aceh tengah tempo dulu, foto pejuang zaman dulu, tari Guwel, dan poster berbagai jenis alat musik Gayo. Masih pada hari yang sama, siang harinya rombongan mengunjungi salah satu objek wisata alam, arung jeram. Kunjungan ini terintegrasi dengan mata pelajaran Olahraga. Olahraga yang memacu adrenalin ini tidak dapat dipungkiri lagi dengan banyaknya tantangan dan keseruan di dalamnya. Arung Jeram Lukub Badak sangat populer dan paling banyak diminati oleh wisatawan dengan cuaca yang sejuk dan airnya yang bersih. Olahraga ini memiliki beragam manfaat yang bagus untuk tubuh kita, seperti mengubah rasa takut menjadi hal yang positif, melatih kinerja otot, membersihkan pikiran yang sedang penat agar bisa kembali segar, serta dapat menghilangkan stres dan membantu dalam mengatasi tantangan fisik yang sulit.
Nah, kali ini tim School Visit SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe kelas VIII mencoba untuk menguji adrenalin di Arung Jeram Ayu Adventure-LB Resort, rute Sungai Lukub Badak dengan menempuh waktu kurang lebih satu jam. Panjangnya rute dan lamanya durasi yang harus diarungi tak terasa sama sekali karena adanya pemandangan yang sangat indah dan cocok untuk berfoto-foto sebagai kenang-kenangan untuk diceritakan kepada teman-temannya. Perlengkapan seperti boat karet, dayung, pelampung dan helm yang sangat bagus menjadi SOP keamanan bagi para wisatawan.
Sayangnya, tidak semua orang mau dan berani melakukan olahraga semi ekstrim ini karena risikonya yang cukup berat dan dibutuhkan kekuatan fisik serta mental yang mumpuni untuk mencobanya. Namun, alhamdulillah hampir seluruh siswa dan guru berhasil meraih pengalaman itu dengan seru dan aman tentunya. Keseruan itupun diceritakan oleh ketua masing-masing kelompok Cut Hanania, Almaira, Tijani, Cut Mutia, Febriyano Valentino, Fayyadh, Jauharah, Cristiano Albert. Darrel, dan Haura. Mereka memyimpulkan bahwa olahraga arung jeram ini dapat mempererat kekompakan tim, dapat melatih fisik dan mental, serta dapat melatih kekuatan otot lengan, melatih keseimbangan gerak tubuh, serta melatih untuk menjaga daya tahan tubuh.
Penulis: Dewi Puspita Sari (Guru SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe)