Mengenalkan Warisan Budaya Batik dan Membatik pada Siswa “ Zaman Now ” SDS Sukma Bangsa Lhokseumawe
Menyenangkan ‘’ kata pertama yang keluar dari seluruh siswa kelas VI SDS Sukma Bangsa Lhokseumawe, ketika sampai di ruangan besar yang dipenuhi dengan berbagai macam alat dan bahan untuk membatik. Tepatnya di bengkel membatik SMKN 4 Lhokseumawe pada senin 30 September 2019.
Kegiatan ini adalah salah satu cara dari guru SBdP memberikan edukasi kepada para siswa dalam mengenalkan warisan budaya nusantara untuk pencapaian materi pembelajaran dan juga agar siswa tidak melupakan warisan budaya indonesia. “Anak-anak seusia SD sebetulnya sudah bisa dikenalkan budaya membatik di lingkungan sekitar kita sejak dini bagi siswa zaman now yang hidup di tengah zaman serba cepat dan cenderung instan.
Tujuan utama dari kegiatan ini sebenarnya bukan agar siswa bisa, melainkan agar siswa dapat mengenal budaya warisan nenek moyang sendiri. Alhasil ketika siswa dan guru SDS Sukma Bangsa Lhokseumawe sampai di tempat membatik, langsung disambut dengan baik.
Cut Sujanna selaku pengajar dan pemateri pada kegiatan tersebut mengenalkan langsung apa itu batik dan bagaimana cara membatik kepada siswa- siswi SDS Sukma Bangsa Lhokseumawe, Siswa di perlihatkan berbagai macam alat dan bahan untuk proses membatik, dan juga di perlihatkan berbagai macam hasil batik yang sudah jadi baik dalam bentuk kain baju, sapu tangan, sajadah, dan produk-produk lainnya.
Kegiatan dimulai dari siswa di bagikan beberapa canting, kompor, celemek, kain putih dan beberapa bahan membatik lainnya, pemateri juga menjelaskan sedikit tentang bahan dan alat yang dibagikan serta bagaimana nantinya proses membatik.
Ketika kegiatan berlangsung siswa –siswa SDS Sukma Bangsa Lhokseumawe sangat antusias dalam belajar, mereka sudah benar-benar siap dalam melakukan kegiatan ini, siswa dibagi dalam bentuk kelompok, ada kelompok membuat gambar, ada yang bagian mencanting, bagian pewarnaan colek dan ada juga sebagian lagi yang bagian pewarnaan celup. Ketika selesai membatik siswa melihat hasil yang mereka buat dan mereka pun sangat senang karena dapat berhasil membatik padahal sebelumnya mereka belum pernah melihat dan membatik dengan cara mencanting dan mendapatkan hasil seperti itu.
Proses membuat batik tulis punya unsur kuat yakni ketelatenan. Istilah serapan dari Bahasa Jawa ini bermakna kesabaran. “Proses membuat satu kain batik tulis bisa membutuhkan waktu 1-3 bulan. Membuat batik tulis memang pantang tergesa-gesa. Semua proses dilakukan dengan kesabaran. Hanya dengan cara itu, sketsa, menutup warna dengan lilin malam hingga pewarnaan mampu menghasilkan kain batik yang indah dan bermutu tinggi.
Membatik adalah membuat karya seni, terlihat dari bagaimana membentuk menjadi bunga, daun, gambar binatang melalui canting. Batik colet yang dikembangkan oleh Cut Sujanna dan SMKN 4 Lhokseumawe adalah salah satu contoh karya seni yang membutuhkan ketrampilan tersendiri. “Batik colet yang saya kembangkan adalah batik dengan memasukkan unsur khas Aceh pada setiap karya yang dibuat.
Kerja sama adalah tantangan unik yang dirasa pas bagi anak sekolah zaman now adalah fakta bahwa membatik dari awal hingga akhir membutuhkan kerja sama. Maksudnya, seperti bisa disaksikan di sentra-sentra produksi batik, harus ada kerja sama antara pembatik, petugas yang mewarnai kain hingga pihak yang menjemur kain batik yang sudah jadi. Bayangkan, kalau kerja sama itu tidak terjalin baik, akan sulit mendapatkan hasil akhir berupa kain batik yang bagus, indah warnanya, dan baik kualitasnya.
Jadi, makin tertarik untuk memulai membatik bukan? Membatik pasti mengasyikkan bagi anak-anak sekolah zaman now.
By : Riski Seroja Rosa, S. Pd ( Guru SDS Sukma Bangsa Lhokseumawe)