Merajut Asa VII Singapore Family
Tahun ajaran baru identik dengan sesuatu yang baru seperti buku, sepatu, tas, dan pernak-pernik sekolah lainnya. Hadir nya tahun ajaran baru di semua penjuru, siswa-siswa bersorak gembira dengan nada yang sungguh membuat suasana terbawa. Di awali dengan pembagian kelas, yang membuat mereka berdebar-debar akan kah berjumpa kembali dengan teman lama atau baru. Pembagian kelas pun di bagi dan saya mendapatkan amanah untuk menjadi wali kelas Singapore.
Singapore adalah negara yang terkenal dengan perkembangan ekonomi industry modern dan pendidikan yang mendapatkan peringkat bagus. Singapore memiliki nilai yang positif yang saya ambil salah satunya yaitu sebagai nama pemberian kelas ialah budaya kondusif, negara yang percaya setiap anak memiliki kepandaian yang sama di bidang tertentu, tentunya melibatkan peran orangtua pula.
Sehingga para orang tua tidak fokus terhadap kecerdasan anak, tetapi lebih cenderung memberikan pujian terhadap kemampuan masing-masing anak, karena itu saya harus bisa membantu untuk menggali potensi masing-masing anak. Disinilah saya selalu berinteraksi dengan orang tua siswa untuk memberikan gambaran perkembangan siswa-siswi setiap saat. Serta membangun budaya sekolah yang kondusif disekolah sukma bangsa lhokseumawe.
Dengan penuh kenyakinan mengajar dengan menaiki tangga setiap hari tidak meluruhkan semangat saya dalam menggali potensi kreativitas dalam mempersiapkan masa depan yang lebih cemerlang, ternyata semangat dari guru saja masih kurang. Saya mencoba untuk mencari tahu, bagaimana cara meningkatkan semangat anak dalam belajar selain gurunya sendiri harus semangat.
Pendapat tersebut lantas membuat saya berfikir, apakah mungkin lingkungan kelas yang menarik akan membuat siswa tertarik untuk belajar? Saya pun berusaha untuk mencari tahu mengenai hal tersebut. Ternyata benar hal tersebut dengan adanya ruangan yang diberi sentuhan estetik maka siswa akan focus memandangi suatu benda yang terdapat di dalam nya, dan membuat mereka tidak sempat melihat keluar kelas. Yang di harapkan dengan keadaan kelas yang bersih dan juga menyenangkan, Siswa tidak akan bosan dengan suasana kelas yang telah di hias. Proses dekorasi kelas juga memberikan kesempatan bukan sekadar menghias, tetapi juga sebagai aktivitas yang dapat membuat murid-murid lebih mudah berteman dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selain itu, kegiatan ini dapat menjadi kesempatan untuk mengekspresikan diri sendiri, dan membuat suasana kelas lebih personal dan menyerupai rumah kedua untuk mereka.
Alhamdulillah, sekolah memiliki program yang dinamakan Display class, sungguh bahagia wali kelas mendengar itu, siswa yang terbagi dikelas Singapore akhirnya berkenalan dengan walkes dan berbaur bersama teman sambil bertegur sapa dan bercanda ria. Dan lebih membahagiakan, program Display class ini juga di perlombakan.
Dengan antusias nya siswa bertanya, “apakah ada kategorinya untuk menang, buk! ”
Masing-masing juara ada kategori yaitu Paling unik, paling kreatif, dan paling cantik, ” jawab bu yulia.
“Penilaiannya dari apa Bu? misalnya cantiknya, atau apalah,” Tanya siswa.
“Pertanyaan bagus,!”jawab Bu yulia. “Penilaian dari kebersihan, keindahan, kerja sama.
“batas waktu display class sampai kapan bu? “, Tanya siswa.
“insyaallah jika tidak ada halangan apapun hanya sampai satu minggu kedepan.”
Semangat nak, insya allah siap jika kita berkerja sama. Tetapi saya menanamkan kepada siswa, menang tidak menang yang penting semangat serta tetap termotivasi, bertanggung jawab, serta tidak membully sesama teman dan harus saling peduli, yaitu siswa sadar akan kebersihan ruangan maupun luar ruangan.
Selanjutnya, layaknya rumah yang ada kepala keluarga dan anggota keluarga, begitu pula dengan kelas singapore. Kami pun akan memilih ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris kelas, bendahara kelas, pengaman kelas, dan kebersihan kelas. Struktur kelas lebih ringkasnya serta memberikan reading corner sebagai tempat nyaman bagi siswa dalam keperluan membaca dan bersantai dengan teman sejawat.
Selanjutnya semua siswa termasuk wali kelas bekerjasama untuk membersihkan kelas, setiap pagi dan pulang sekolah, petugas piket membersihkan kelas, tetapi ada yang membantu petugas piket untuk membersihkan kelas, ini lah kebersamaan yang di harapkan dan mempunyai sifat saling tolong menolong. Dan wali kelas selalu mengingatkan di pagi yang cerah ketika bersama dengan siswa untuk tidak mengotori kelas seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencorat-coret tembok, jika ada makanan atau minuman tumpah dapat membersihaknnya sendiri tanpa mengandalkan yang piket begitu pula dengan teman lainnya. Harapan saya kedepannya kelas Singapore dapat menjadi kelas yang tauladan dan mempunyai budi pekerti luhur dan juga pastinya tidak lupa untuk menerapkan budaya sekolah yang mengedepankan 4S 4NO yang berupa Salam, Senyum, Sapa, dan Sopan. Juga No Cheating, No Littering, No Bullying, dan, No Smoking.
Anak-anak berasal dari berbagai latar belakang sekolah yang berbeda dengan beragam karakter dan keistimewaan dari masing-masing siswa, ada yang berasal dari Sd Sukma Bangsa dan juga ada yang dari berbagai sekolah lainnya. Mereka mempunyai beragam keunikan dan perbedaan, segala perbedaan itu tidak menjadi penghambat untuk mereka dapat saling mengenal dan juga akrab, namun perbedaan tersebutlah yang menjadikan mereka saling melengkapi satu sama lain. Beberapa dari mereka dulunya bersekolah di sekolah yang secara keseluruhan murid beragama mayoritas, di awal pastinya ada beberapa kecanggungan yang mereka rasakan saat berinteraksi dengan kawannya yang berasa dari agama lainnya. Namun dengan dengan berjalannya waktu dan penjelasan dari wali kelas, mereka jauh lebih mengerti bahwa perbedaan itu adalah sebuah keunikan, dan dengan ini, mereka dapat saling mengenal, mengetahui budaya masing-masing dan dapat membuat mereka mempunyai rasa toleransi yang tinggi sesama umat beragama.
Semangat anak hebat, merajut asa raih masa depan gemilang.
By : Yulia Maulida, S.Pd. (Guru Prakarya SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe)