Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Membangun Peradaban
PENDIDIKAN karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan mendidik yang diperuntukkan bagi generasi selanjutnya, yaitu membentuk penyempurnaan diri secara terus-menerus dan melatih diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik. Bentuk nyata dari pembentukan karakter ialah memberi nilai moral atau rasa hormat yang sejalan dengan tradisi leluhur kepada generasi penerus yaitu; kebaikan, kesetiaan, dan perilaku sejalan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat (Wikipedia).
Tolok ukur utama pendidikan karakter ialah nilai-nilai yang bersumber dari agama yang dapat menumbuhkan karakter yang kuat bagi peserta didik. Nilai-nilai budaya lokal yang dipadukan dalam kurikulum berbasis karakter dapat mewujudkan perilaku yang sudah mentradisi dan membudaya dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai kebenaran dalam ilmu pengetahuan harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata secara benar, mandiri, dan diterapkan sesuai tahapan yang semestinya. Nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan, semakin hari semakin terbukti kebenarannya. Dengan adanya perangkat teknologi yang lebih mumpuni, kebenaran yang dicari semakin terbukti serta semakin terang-benderang. Tidaklah berlebihan bila dinyatakan bahwa kebenaran mutlak dari Alquran dapat dibuktikan secara bertahap dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
Nilai agama
Runtuhnya pusat pendidikan biasanya terjadi apabila lembaga pendidikan sudah diarahkan kepada kepentingan politik praktis untuk kepentinggan jangka pendek. Sehingga nilainilai kebenaran sering dipinggirkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Dengan demikian, netralitas dalam mengaplikasi ilmu pengetahuan sangat diperlukan. Hal yang mesti diantisipasi yaitu adanya pembenturan ilmu pengetahuan agar terjadi perpecahan, untuk digerogoti secara bertahap untuk kepentingan pribadi atau jangka pendek. Kebenaran hakiki sangat penting dijaga serta diawasi keberlangsungannya dengan baik.
Pendidikan akan terus eksis apabila pengelola negara kuat dan tangguh serta memiliki tekad untuk selalu berbuat yang baik dan benar demi bangsa dan negaranya. Nilainilai peradaban yang benar dan berkeadilan akan dapat dipertahankan apabila bangsa dan negaranya kuat dan benar. Sehingga tidak salah bila pemimpin negara seperti mengutamakan kekuatan militer bangsanya untuk selalu diperkuat dari berbagai sisi.
Jangan sampai kekuatan utama suatu bangsa dibentur-benturkan dengan persepsi lain seolah-olah bertentangan dengan penerapan demokrasi dan lain sebagainya. Pengalaman membuktikan negara dan bangsa yang lemah tidak mampu tegak berdiri untuk menerapkan keadilan.
Nilai-nilai Islam yang dapat menguatkan etika moral serta perilaku manusia merupakan karakter yang akan mengayakan khasanah peradaban manusia. Etika moral yang diperlihatkan oleh Rasulullah merupakan contoh konkret yang dapat membentuk karakter manusia seutuhnya. Sehingga nilai-nilai moral tersebut harus tetap dipelihara dan diteruskan untuk menguatkan khasanah kebaikan dalam kehidupan ini.
Pada masa Daulah Ummayah, peradaban mulia di Cordova, Spanyol, ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta pengembangan intelektual. Namun, akibat dari pertikaian politik, pendidikan menjadi terpecah kepada kepentingan politik praktis yang menghancurkan karakter dan kewibawaan dalam menyatukan bangsa. Perpecahan tersebut membuat kiblat peradaban Abbasiyyah menjadi porak poranda. Sistem pendidikan di masa kejayaan abad ke-8 yang telah mendongkrak sistem pendidikan modern dengan karakter yang begitu mumpuni, luluh lantak dihantam badai perpecahan.
Untuk mengambil sikap aman, banyak kaum intelektual tidak lagi mau melakukan penelitian ilmiah khususnya untuk memajukan khasanah pendidikan. Mereka larut dalam pertikaian yang hanya untuk kepentingan jangka pendek. Kajian ilmiah yang dapat membuka cakrawala berpikir lebih luas seolah-olah tidak menjadi prioritas dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Mereka larut dalam konflik yang ingin membenarkan kepentingan kelompoknya. Sehingga keberanian untuk mengungkap kebenaran menjadi sirna. Seakan-akan kebenaran itu apa yang diingini penguasa.
Ketika kaum intelektual tidak lagi melakukan kajian serta penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan, jangan berharap adanya pencerahan untuk kebaikan dan kemajuan ke depan. Hilangnya ulama yang menghasilkan karya-karya intelektual yang mengharumkan bangsa dan negara, seakan menjadi penanda bangsa tersebut telah mati sebelum fisik dari manusia itu sendiri mati.
Pendidikan karakter
Salah satu praktik kecil pendidikan karakter dapat dilihat di Sekolah Sukma Aceh yang berusaha mengajak siswa mereka untuk menerapkan kebaikan dalam perbuatan nyata. Seperti hasil penelitian laboratorium yang dilakukan guru dan murid tentang kandungan unsur kimia pada saus tomat dan cabai yang dijual di sekolah. Mereka menemukan bahwa saus tomat dan cabai tersebut mengandung unsur kimia yang merusak tubuh bila dikonsumsi.
Merespons hasil riset, sekolah dengan tegas melarang penjualan dan konsumi saus tersebut. Begitu juga untuk menghindari kerusakan lingkungan akibat sampah plastik dari botol air kemasan, sivitas akademika sekolah siap untuk tidak lagi menggunakan air kemasan dalam botol plastik. Komitmen nyata sekolah mengurangi sampah plastik yang merusak lingkungan merupakan budaya positif yang ditanamkan kepada peserta didik sejak dini.
Mampu mengaplikasikan hasil kajian yang telah diyakini kebenarannya merupakan salah satu contoh komitmen nyata dalam menyikapi kebenaran itu sendiri. Hal ini merupakan contoh karakter yang mesti ditanamkan kepada siswa; kebenaran harus dipraktikkan supaya menjadi bagian dari kehidupan. Nilai kebenaran yang mampu dipraktikkan dalam kehidupan nyata merupakan bentuk latihan konkrit yang mesti ditanamkan dalam jiwa.
Dalam bidang agama setiap siswa sebelum memulai pejajaran mengikuti kegiatan tahsin, serta membiasakan diri salat sunah duha. Kegiatan positif lain yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan kemampuan daya ingat yaitu dengan meningkatkan hafalan Alquran. Implikasi nilai-nilai pendidikan yang dikemas secara formal yang terinspirasi dari pesan Rasulullah SAW membuat peserta didik lebih cerdas serta unggul dalam beberapa kompetisi pendidikan yang diikuti.
Menanamkan nilai-nilai kebenaran sebagai bagian dari pembentukan karakter yang ditanamkan sekolah merupakan bentuk komitmen nyata yang berkesinambungan. Perihal yang mesti dilakoni setiap siswa untuk menggapai kebenaran serta kebajikan yang merupakan modal dasar dalam membangun siswa yang berkarakter mulia. Nilai kebajikan yang selalu melekat dalam jiwa dan raga para siswa merupakan modal utama dalam pengembangan diri.
Prinsip kejujuran yang tertanamkan menjadi suatu sikap yang harus ditegakkan walaupun dunia sebentar lagi akan runtuh. Komitmen yang ditanamkan merupakan karakter baik yang menjadi modal utama siswa untuk mampu melahirkan berbagai karya untuk bangsa dan negara.
Penulis: Prof. Dr. Apridar, SE., M.Si (Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Studi Pendidikan Universitas Malikussaleh Aceh & Ketua Komite Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe)
*Artikel ini sudah dimuat di Media Indonesia, tanggal 05/10/2020