Peranan Pemrograman Komputer dalam Pelajaran Eksakta
Berkat adanya teknologi informasi, guru dapat menuangkan ilmu yang dimiliki ke dalam algoritma komputer, terutama untuk guru mata pelajaran yang melibatkan perhitungan.
Dunia pendidikan tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi informasi. Contoh paling dekat yang pernah kita rasakan adalah pembelajaran secara daring. Hal ini merupakan hal yang positif mengingat pandemi Covid-19 memaksa kita untuk tidak bertemu secara langsung, dan jelas pembelajaran secara daring adalah pilihan terbaik yang kita miliki.
Menurunnya kasus Covid-19 di negeri ini setelah adanya berbagai penanganan membuat kita perlahan kembali lagi ke aktivitas pembelajaran seperti biasa. Hal ini haruslah kita syukuri. Namun, beberapa dari kita sudah terbiasa dengan pembelajaran daring yang terkesan lebih santai karena dilakukan di rumah sendiri.
Pada praktiknya, siswa yang belajar di rumah pun dimudahkan dengan adanya internet. Mereka dapat melihat jawaban dari soal yang diberikan guru di banyak situs internet. Beberapa soal bahkan sama persis dengan yang diberikan oleh guru. Hal ini karena guru memberikan soal mainstream dari buku pelajaran yang sama dan digunakan hampir di seluruh sekolah di negeri ini.
Banyaknya pembaca atau pengguna buku pelajaran yang sama menyebabkan orang-orang berlomba untuk membuat pembahasan dari buku tersebut. Namun hal ini tentu memiliki pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah siswa dapat latihan secara mandiri untuk menyelesaikan persoalan tertentu. Pengaruh negatifnya adalah soal-soal tersebut tidak layak lagi untuk dijadikan penilaian. Hal ini dikarenakan perubahan indikator penilaian dari kemampuan problem solving siswa menjadi kemampuan problem browsing siswa. Lantas soal seperti apa yang harus diberikan kepada siswa sebagai penilaian kemampuan?
Soal yang diberikan haruslah meningkatkan kemampuan problem solving siswa, unik, dan menarik bagi siswa tersebut. Soal yang menarik adalah soal yang sesuai dengan kemampuan dan minat siswa. Ini menjadi tugas guru untuk lebih mengenal tiap siswanya, sehingga guru dapat memberikan soal yang tepat untuk siswa-siswa tersebut.
Pun demikian di kelas tatap muka yang sudah mulai kembali aktif, kita berharap agar siswa dapat memahami materi yang guru sampaikan dengan cara yang paling sederhana. Namun, jauh panggang dari api. Kerap terjadi siswa yang hanya menyalin pekerjaan temannya tanpa memahami. Cara menangani masalah ini adalah dengan memberikan soal yang unik kepada tiap siswa.
Soal untuk pelajaran eksakta tidak harus berbeda sama sekali, cukup bedakan saja angka atau bilangan untuk tiap siswa. Perilaku siswa kepada temannya akan berubah, dari hanya menyalin menjadi bertanya tentang cara menyelesaikan masalah tersebut. Efek selanjutnya adalah setiap siswa mengerjakan sendiri soal mereka kemudian paham dengan materi tersebut.
Masalah lain timbul dari sisi guru. Guru menjadi kesulitan untuk menjawab semua soal yang diberikan ke siswa dalam waktu singkat. Hal ini jelas bukan ide yang bagus jika guru harus mengerjakan semuanya dengan cara manual. Namun, berkat adanya teknologi informasi, guru dapat menuangkan ilmu yang dimiliki ke dalam algoritma komputer, terutama untuk guru mata pelajaran yang melibatkan perhitungan.
Sebagai contoh dalam pelajaran matematika SMP/SMA. Untuk mencari panjang sisi miring (hypotenusa) dari segitiga siku-siku adalah dengan teorema pythagoras, yaitu akar dari jumlah kuadrat sisi lainnya. Setelah kita menuliskan langkah (algoritma) yang benar untuk mencari sisi miring ke dalam suatu bahasa pemrograman komputer, maka sekarang tugas komputer untuk menghitung sisi miring.
Langkah berikutnya adalah mengecek apakah program tersebut sudah berjalan dengan benar sesuai dengan langkah manual yang kita kerjakan. Setelah “mengajari” komputer untuk mencari sisi miring, tugas kita adalah memberikan soal dengan angka atau bilangan berbeda untuk tiap siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan angka unik, seperti tanggal lahir, NISN, nomor absen, dan sebagainya.
Contoh lainnya dalam bidang fisika tentang gerak melingkar. Kita dapat memberikan siswa nilai percepatan sudut berbeda tergantung angka unik yang siswa miliki. Kita juga dapat memberikan jarak dan waktu berbeda. Saat siswa mulai mencari percepatan total, langkah berikutnya adalah memberitahu komputer cara mencari percepatan total tersebut.
Mulai dari memasukkan percepatan sudut, jarak, dan waktu. Selanjutnya mencari percepatan linear dan percepatan sentripetal dengan menggunakan informasi yang sudah dimasukkan. Langkah terakhir adalah menghitung percepatan total, yaitu akar kuadrat dari selisih kuadrat percepatan linier dengan percepatan sentripetal.
Kita juga dapat memberitahukan tentang perubahan satuan yang digunakan. Sehingga jawaban yang didapat tepat. Intinya kita dapat membuat jawaban sesuai dengan keinginan kita.
Menggunakan program komputer seperti ini memiliki manfaat dalam mengurangi human error. Sehingga dapat dipastikan siswa mendapatkan haknya secara utuh, yaitu penilaian secara adil dan pemahaman dari gurunya. Secara tidak langsung, memberikan soal secara unik untuk tiap siswa menyelesaikan masalah problem browsing siswa, setidaknya tidak ada soal yang sama persis di internet.
Perlu digarisbawahi bahwa penggunaan program komputer dalam kelas adalah untuk mengecek kebenaran dari jawaban siswa dalam jumlah banyak. Langkah-langkah yang ditulis dalam bahasa pemrograman juga harus sama persis dengan apa yang kita ajarkan ke siswa, sehingga keluaran yang kita dapat sama dengan langkah yang dikerjakan siswa.
Ada banyak aplikasi penyedia pembahasan soal step by step. Namun aplikasi-aplikasi tersebut sangat terbatas dengan kebutuhan kita dalam mengajar. Jelas lebih baik membuatnya sendiri sesuai dengan kebutuhan kita dengan menggunakan bahasa pemrograman yang semakin lama semakin mudah untuk dipelajari.
Ada banyak bahasa pemrograman yang dapat kita gunakan untuk membantu pembelajaran di kelas. Saya merekomendasikan bahasa dengan syntax yang paling sederhana seperti python atau matlab (octave). Program tersebut tidak hanya dapat dijalankan dari komputer, tapi juga dari ponsel pintar kita. Lebih praktis bukan? Quod mrat demonstrandum, masalah terselesaikan.
By : Muhammad Alfa Ridzi, S. Mat (Guru SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe)
*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 22/11/2021