Profil Sekolah
Latar Belakang
Pendidikan merupakan satu bidang garap yang sangat penting dalam usaha rekonstruksi Aceh pasca-tsunami pada 26 Desember 2004. Bidang pendidikan meliputi baik pembangunan kembali sarana dan prasarana pendidikan, di mana ribuan gedung sekolah hancur akibat gelombang tsunami, maupun sumber daya manusia. Sebagaimana diketahui, sekitar dua ribu lima ratus (2.500) guru (SD hingga SMU) dilaporkan telah meninggal dunia menyusul musibah gempa dan tsunami (Media Indonesia, 7 Januari 2005). Terhadap angka di atas juga masih perlu ditambah jumlah tenaga pengajar perguruan tinggi yang ikut menjadi korban tsunami. Universitas Syiah Kuala—salah satu perguruan tinggi terkemuka di Aceh—melaporkan sekitar seratus tiga (103) dosen meninggal dunia dan sembilan puluh dua (92) lainnya hilang (Media Indonesia, 11 Januari 2005).
Bisa dipastikan, kerusakan sarana dan hilangnya tenaga kependidikan berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan masyarakat Aceh. Sebagian anak-anak Aceh harus kehilangan pendidikan yang jelas sangat penting untuk menciptakan generasi masa depan lebih baik. Di samping itu, persoalan mereka menjadi makin parah mengingat bahwa musibah tsunami juga telah meninggalkan trauma psikologisyang sangat besar. Tidak sedikit anak-anak Aceh, dan juga masyarakat secara umum, yang membutuhkan penanganan psikologis khusus akibat musibah ini.
Oleh karena itu, pembangunan kembali bidang pendidikan merupakan salah satu aspek sangat mendasar dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca musibah gempa dan tsunami. Bersama bidang-bidang penting lain—sosial-budaya, ekonomi dan politik—pembangunan bidang pendidikan mutlak diperlukan, karena akan sangat menentukan masa depan Aceh. Dalam kerangka ini pula, pihak pemerintah bersama pihak swasta dan lembaga asing memberi perhatian sangat besar dalam membangun kembali sarana dan prasarana pendidikan di Aceh. Mereka secara intensif terlibat dalam rehabilitasi dan pembangunan gedung-gedung sekolah, penyelenggaraan pendidikan darurat, dan pembangunan mental anak-anak Aceh yang mengalami trauma psikologis akibat musibah tsunami.
Dalam karangka inilah Yayasan Sukma berpartisipasi dalam program-program pembangunan pendidikan di Aceh. Yayasan Sukma berinisiatif membangun tiga sekolah (Sekolah Sukma Bangsa) di tiga kabupaten di Aceh, yakni di Pidie, Bireun, dan Lhokseumawe, dan satu sekolah (SMU) di Nias, Sumatra Utara. Tentu saja, ada sejumlah alasan mengapa Yayasan Sukma memilih membangun Sekolah SukmaBangsa yang berorientasi pada pengembangan mutu (kualitas) dan potensi anak. Salah satu alasan yang fundamental adalah aspek jangka panjang kegunaan dana masyarakat yang terhimpun melalui Pogram Indonesia Menangis Metro TV selama beberapa bulan pasca-tsunami. Di samping itu, tantangan riil abad ke-21 bagi sektor pendidikan semakin kuat, yang mensyaratkan sekolah untuk memiliki kinerja akademik yang baik, jaminan kualitas pendidikan yang memadai, serta akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.
Menyangkut pendirian Sekolah Sukma Bangsa, satu isu penting mengemuka, terutama berhubungan dengan format dan orientasi pembelajaran yang hendak dilaksanakan di tiga sekolah tersebut. Dalam hal ini, satu poin penting yang perlu ditekankan adalah bahwa pembangunan sekolah ini memang didedikasikan bagi pengembangan masyarakat Aceh. Oleh karena itu, nilai-nilai lokal keacehan, yang pada dasarnya sangat identik dengan keislaman dan keindonesiaan menjadi sangat penting dipertimbangkan. Dalam kerangka ini perlu disebut kemanusiaan sebagai satu nilai universal yang juga menjadi landasan orientasi pembelajaran di Sekolah Sukma Bangsa.
Perlu ditegaskan, pengalaman sejarah Aceh menunjukkan bahwa proses pembentukan budaya Aceh—atau juga disebut keacehan—berlangsung sejalan dengan proses penerimaan Islam oleh masyarakat. Karena itu, Islam secara sangat berarti menjadi satu unsur penting dalam proses pembentukan struktur sosial dan budaya masyarakat Aceh. Ungkapan Aceh sebagai “Serambi Mekkah” pada dasarnya merupakan satu hasil dari proses sejarah di atas. Proses tersebut terus berlangsung ketika Aceh menjadi bagian dari Indonesia. Di sini, keindonesiaan menjadi satu unsur penting lain yang ikut memperkaya proses perkembangan Aceh. Prinsip keindonesiaan atau kebangsaan selanjutnya menjadi satu nilai utama yang dianut masyarakat Aceh.
Dengan demikian, di samping mencapai standar kualifikasi pendidikan sebagai layaknya sekolah unggul, proses pembelajaran di Sekolah Sukma Bangsa juga akan mempertimbangkan nilai-nilai lokal keacehan. Diharapkan, sekolah ini memiliki nilai sosial strategis bagi usaha kemanusiaan untuk pengembangan masyarakat Aceh. Untuk itu, lima prinsip di bawah ini menjadi penting diangkat sebagai landasan filosofis bagi pembelajaran yang akan menerjemahkan nilai-nilai dan kebutuhan riil masyarakat di tengah arus perubahan sosial yang mendasar.
Sekolah Sukma Bangsa yang dibangun dalam rangka rekonstruksi Aceh pasca musibah Tsunami 26 Desember 2004, secara resmi mulai menyelenggarakan proses pembelajaran. Peresmian oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 14 Juli 2006 menandai awal proses pembelajaran sekolah.
Sekolah Sukma Bangsa didedikasikan bagi pengembangan masyarakat Aceh dan Indonesia umumnya. Atas dasar itu, disamping mencapai standart kualifikasi pendidikan sebagai sekolah berkualitas, proses pembelajaran Sekolah Sukma Bangsa juga diarahkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Acehan, ke-Islaman, Kemanusiaan, dan ke-Indonesiaan. Kesemuanya itu menjadi landasan orientasi dan arah pengembangan proses pembelajaran di sekolah.
Mengingat besarnya tantangan Indonesia dimasa mendatang, pengembangan mutu pendidikan menjadi salah satu keharusan bagi Sekolah Sukma Bangsa. Usaha pengembangan mutu pendidikan mensyaratkan adanya satu pedoman yang mengatur proses perencanaan, penyelenggaraan, dan pengembangan kegiatan institusional dan operasional menuju tujuan yang dicita-citakan sekolah.
VISI
Menciptakan lingkungan pendidikan yang positif bagi putra-putri Indonesia di Nanggroe Aceh Darussalam dan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang memiliki kemampuan akademis, terampil, dan berakhlak mulia.
Misi
Menyelenggarakan pembelajaran yang dinamis, kreatif dan partisipatif, yang mampu mengembangkan ragam potensi yang dimiliki siswa; membekali siswa dengan ilmu pengetahuan (content knowledge), keterampilan hidup dan sosial (life skills and social skills); dan menumbuhkan potensi kepemimpinan, sikap mental yang terbuka dan toleran.
Tujuan
1. Membentuk komunitas belajar yang mandiri, cerdas, dan berkeadaban (civic values).
2. Mengembangkan kemampuan siswa menguasai bidang sains, teknologi dan sosial budaya, memiliki kepekaan sosial,
berkepribadian mandiri secara intelektual, emosional dan spiritual.
3. Menerapkan manajemen sekolah yang transparan dan akuntabel.
4. Mendorong peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran (community-based learning).
5. Membangun pusat pengembangan inovasi pendidikan untuk sekolah-sekolah di sekitar sekolah Sukma Bangsa.
Fasilitas Sekolah
Sekolah Sukma Bangsa dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendidikan seperti laboratorium komputer, bahasa, sains (fisika, biologi, kimia), berbagai sarana olah raga, perpustakaan , kantin dan asrama siswa. Sekolah Sukma Bangsa Bireuen juga didukung oleh SISTO (Sistem Informasi Sekolah Terpadu Online), sebuah sistem informasi interaktif menggunakan jaringan internet yang memungkinkan penelolaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien.