Shalat Dhuha Ikhtiar Memperluas Rezeki dan Pembentukan Karakter
Sebagai umat Agama Islam, shalat fardhu merupakan hal yang wajib dilaksanakan. Selain shalat Fardhu, shalat sunah merupakan salah satunya yakni shalat Dhuha. Wajib memiliki arti harus dilaksanakan, artinya berdosa jika ditinggalkan. Namun, sunah memiliki arti berpahala saat dikerjakan tapi tidak berdosa jika ditinggalkan. Terdapat poin penting yang dapat kita pahami ketika seseorang melaksanakan shalat Dhuha yaitu terbukanya pintu rezeki. Selain dibukakannya pintu rezeki, ada banyak kebaikan lainnya yang kita rasakan dalam jiwa dan kehidupan kita.
Membiasakan shalat Dhuha pada generasi muda menjadi tantangan tersendiri untuk membentuk karakter awal yang baik pada anak. Apabila shalat Dhuha sudah menjadi kebiasaan, tidak dipungkiri bahwa shalat Fardhu bisa jadi tak pernah diabaikan. Kebiasaan yang baik haruslah kita terapkan bagi generasi milenial seperti saat ini. Perkembangan teknologi sangat mempengaruhi anak-anak untuk mudah menyerap hal negatif atau positif secara bersamaan. Maka dari itu sudah sepatutnya kita sebagai orang tua dan guru selalu membimbing dan memantau perkembangan anak di zaman milenial dan berteknologi canggih seperti saat ini.
Baik atau buruk perilaku seseorang harus sudah terbentuk sejak dini agar anak terbiasa dalam melakukan hal yang positif. Tidak mudah menerapkan suatu yang baik dan mulia pada anak. Diperlukan proses dan usaha yang keras untuk mewujudkannya. Saya sebagai wali kelas ingin menumbuhkan kecintaan anak dalam mencintai dan melaksanakan shalat Dhuha setiap pagi sebelum aktivitas pembelajaran berlangsung. Di kelas VIII Baitul Mukarram sudah tersedia mukena dan sajadah milik kelas yang dapat dipergunakan oleh seluruh warga kelas untuk melaksanakan shalat Dhuha. Walaupun antrian untuk melaksanakan shalat menjadi salah satu kendala, namun tidak menyurutkan anak-anak untuk beribadah dan tetap melaksanakannya. Salat Dhuha biasanya dilaksanakan setelah jam Conditioning Class bersama wali kelas dan saat jam Break. Ibadah ini berlangsung tanpa mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Pembiasaan ini dilakukan demi mempersiapkan anak-anak sejak dini untuk menyeimbangkan kegiatan dunia dan juga kegiatan untuk menghadapi hari akhirat nanti.
By Dewiana, S.Pd (Walikelas VIII Baitul Mukarram)