
SOSIOLOGI: MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT PERKOTAAN
Masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, di mana individu sebagai bagian terkecil dari masyarakat berinteraksi. Berbicara tentang interaksi sudah tentu akan timbul ragam jenis dan bentuknya. Perbedaan yang beragam dalam interaksi melahirkan bentuk dan keberagaman di dalam masyarakat. Dan perbedaan ini akan semakin terasa jika dilihat dari wilayah persebaran masyarakatnya. Tentulah hal ini menjadi sangat penting khususnya bagi siswa untuk mengenal karakteristik yang dimiliki oleh masyarakat desa dan masyarakat kota. Dan paling asik jika pembelajaran ini langsung dengan pakarnya. Maka pada selasa, 9 Mei 2023, ada guru tamu yang dihadirkan di kelas X IPS Issac Newton. Beliau adalah Ns. Syarkawi, S.Kep., M.K.M yang merupakan Geuchik Gampong (Kepala Desa) Panggoi dan pegawai di Dinas Kesehatan kota Lhokseumawe.
Kelas kami mulai tepat pada pukul 11.50 wib. Guru bidang studi mengawali dengan paparan berkenan skema kelas, termasuk penilaian yang akan dilakukan hari ini. Sebelum kelas dimulai pemateri memberikan izin kepada siswa untuk berbagai keperluan, sehingga pada saat kelas dimulai semua siswa sudah dalam keadaan siap.
Semua sudah sedia. Dan yang ditunggu-tunggu tiba, waktunya kelas bersama pemateri. Beliau mengawali dengan memperkenalkan diri dan menampilkan profil singkat. Siswa terlihat antusias mendengarkan pengantar dari pemateri. Ada yang menarik di awal saat pemateri mengatakan “orang komplek cenderung sombong.” Sejenak suasana kelas menjadi riuh dengan gelak tawa dan saling ‘ejek’ antar siswa.
Masyarakat desa masih kental dengan budaya dan semangat kegotongroyongan. Ini dicontohkan oleh pemateri seperti di desa Panggoi di mana setiap acara hajatan maupun kematian kaum tua dan muda saling bahu-membahu dalam mempersiapkan kebutuhan acara tersebut. Berbiacara toleransi menurut pemateri masih sangat kental pada masyarakat desa. Selanjutnya beliau menyinggung kebiasaan masyarakat desa khususnya masyarakat Aceh umumnya. Kali ini kembali mengundang gelak tawa siswa ketika pemateri mengatakan warung kopi bagi masyarakat desa sebagai tempat bergosip bagi kaum bapak-bapak baik urusan politik, kebiasaan yang dilakukan atau hanya sekedar lucu-lucuan saja.
Pada bagian pembahasan masyarakat kota, pemateri menyampaikan hal yang hampir berkebalikan dari masyarakat desa. Di mana masyarakat kota lebih mengedepankan prestice,sehingga menurut pemateri orientasi masyarakat kota terhadap pekerjaan lebih tinggi daripada keutamaan sosialisasi. Kehidupan masyarakat kota cenderung individualis. Gaya hidup juga menjadi tolok ukur dari sosialita masyarakat kota. Itu salah salah satu poin penting yang diungkap pemateri. Untuk Kota Lhokseumawe menurut guru tamu tersebut masih dalam tahap toleransi bermasyarakat. Pun mengingat Kota Lhokseumawe masih cenderung berimbang komposisi masyarakat desa dengan masyarakat kota. Tak sekedar itu, tingkat toleransi masyarakat juga masih cukup tinggi.
Ketika sesi bertanya dibuka, siswa terlihat mengacung pertanyaan. Ada pertanyaan tentang akankah masyakat Kota Lhokseumawe akan beralih menjadi masyarakat yang individualis? Ada juga yang menanyakan, apa yang harus kita pertahankan atau kita jaga agar tidak timbul pandangan negatif terhadap masyarakat kota dan desa? Dan semua pertanyaan dijawab dengan tuntas oleh pemateri. Kelas ditutup dengan penyerahan bingkisan dan foto bersama. Pertemuan hari ini tentu banyak sekali kegunaan yang didapati siswa dan guru bidang studi. Bagi siswa, pengalaman berkesan dan nyata dari narasumber yang memang sudah memiliki pengalaman kemasyarakatan baik sebagai pemimpin masyarakat desa dan sebagai pelayan publik adalah ilmu mahal nan langka yang bisa mereka dapati. Sedangkan untuk guru, jelas sekali ini salah satu relasi baru yang sangat berguna untuk wawasan sosialisi.
Penulis : Fitriadi (Guru SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe)