Stimulasi Aktif untuk Potensi Kreatif
Menjadi orang tua adalah anugerah yang tidak ternilai bagi setiap manusia. Mendapatkan amanah untuk membesarkan anak merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab yang besar tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Demi menjadi orang tua yang baik, tentu tidak boleh berhenti belajar, karena setiap anak akan terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan masa perkembangannya.
Kita sangat sepakat bahwa setiap anak adalah beda, bahkan anak kembar sekalipun. Mereka membawa bakat fitrah yang berbeda-beda. Maka harus sebisa mungkin orang tua mengenal baik potensi apa yang dimiliki oleh anaknya. Memilih berbagai aktivitas yang sesuai dengan potensi anak seharusnya dilakukan secara rutin dan terus menerus agar memberikan efek bahagia dan anak pun ingin melakukan kegiatan yang sama berulang kali.
Ali bin Abi Thalib telah membagi tahapan perkembangan anak ke dalam tiga periode perkembangan. Periode perkembangan ini biasa dikenal dengan rumus 7 kali 3 yang berfokus pada tahapan pengajaran orang tua terhadap anak sesuai dengan perkembangannya, yaitu 1) tahap pertama usia 0-7 tahun, perlakukan anak seperti raja, 2) tahap kedua usia 8-14 tahun, perlakukan anak sebagai tawanan, dan 3) tahap ketiga usia 15 – 21 tahun, perlakukan anak sebagai sahabat.
Pada setiap tahapan perkembangan anak, dapat dikatakan bahwa mendidik anak sebaiknya menggunakan metode yang berbeda sesuai usianya. Contohnya pada tahap pertama anak pada usia 0-7 tahun, anak-anak pada usia ini akan menghabiskan banyak waktu untuk eksplorasi keadaan dan lingkungan sekitarnya sehingga mereka cenderung senang bermain. Selain itu anak juga akan banyak meniru orang lain di sekitarnya. Jadi, selain harus memberikan teladan yang baik, para orang tua juga dapat melakukan berbagai aktivitas kegiatan sambil mengajak anak melakukannya bersama, baik dalam kegiatan bermain, ibadah, maupun berbagai kegiatan positif lainnya yang dapat mendukung dan menguatkan motorik kasar dan halus pada anak.
Setiap orang tua tidak harus mengetahui semua ilmu yang berkaitan dengan pendidikan. Namun, demi mencapai perkembangan yang baik pada anak, orang tua perlu tahu bakat yang dimiliki anaknya dan memberikan stimulasi yang sesuai potensi serta mengarahkannya menjadi kekuatan yang nanti akan sangat berguna bagi dirinya di kemudian hari.
Orang tua yang memberikan stimulasi yang baik dan berkala pada setiap tahapan perkembangan anak akan membantu anak dalam menemukan potensi yang ada dalam dirinya. Saat anak sudah beranjak pada tahapan kedua yaitu pada usia 8 sampai dengan 12 tahun, maka anak-anak yang sudah mendapatkan fondasi yang kuat dalam karakternya akan mudah memahami hak dan kewajibannya. Pada saat anak-anak berada di fase ketiga, merekalah yang akan menentukan bagaimana mereka menjalani kehidupan selanjutnya, maka dari itu membentuk karakter sejak dini sangat perlu dilakukan dan menjadi kewajiban setiap orang tua.
Adanya pemantauan perkembangan anak akan berpengaruh tidak hanya saat mereka kecil, tetapi juga ketika anak sudah beranjak dewasa. Fakta menarik diungkapkan dalam artikel yang dilansir iNews, pada tahun 2020 yang menyatakan bahwa hampir 87% para mahasiswa salah memilih jurusan diakibatkan tidak adanya asesmen dasar sehingga mereka galau dan memilih jurusan perguruan tinggi hanya karena ikut trend dan ingin beken. Ini memberikan gambaran bahwa masih sangat minim orang tua yang sadar akan potensi dan bakat yang anaknya miliki. Sehingga masih banyak anak yang tidak memiliki pemantauan dan bimbingan dalam memilih dan menentukan pilihan untuk masa depan mereka.
Tidak hanya orang tua di rumah, dalam lingkungan pendidikan guru sebagai fasilitator juga merupakan orang yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan potensi yang dimiliki oleh siswanya. Guru bisa melakukan observasi terhadap anak didik dengan cara menggali minat, memberikan berbagai stimulasi baik dalam bidang akademis maupun nonakademis, yang nantinya akan membantu guru dalam memberikan asessmen, sehingga potensi yang ada pada diri anak dapat terasah dengan baik.
Mengembangkan potensi anak tidak berhenti saat mereka menjadi siswa atau masyarakat umum. Potensi merupakan sebuah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang sangat mungkin untuk dikembangkan khususnya pada usia produktif. Kita dituntut untuk melakukan pengembangan diri baik dalam menghadiri seminar, membaca buku, melakukan kegiatan pelatihan seni dan kreativitas serta mencoba menggali minat yang belum pernah dicoba agar muncul bakat sehingga kita memiliki potensi dalam profesi yang lain. Tidak ada profesi yang menarik selain profesi yang menyenangkan dan memberikan hasil yang baik, bukan? Bahkan Allah Swt berfirman dalam surah Alinsyirah ayat 94:7, “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”
Dari potongan surah tersebut Allah sudah menjelaskan betapa baiknya seorang hamba yang selalu berupaya menjadikan dirinya jauh lebih baik dari dari sebelumnya. Semoga kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik kedepan. Amin ya rabbal alamin![]
Penulis adalah guru SD Sukma Bangsa Lhokseumawe, sangat suka mendengarkan cerita dongeng, tertarik akan literasi. Belajar menjadi seorang penulis profesional sudah digeluti selama dua tahun lalu. Telah menghasilkan delapan buku antologi dua di antaranya adalah kisah fabel Satwa Punya Cerita: Kumpulan Fabel Inspiratif dan Persahabatan Pom Pom Dan Bala
By : Irdy Agfirah Rosayanti, S.Pd. (Guru SD Sukma Bangsa Lhokseumawe)
*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 20/09/2021