Strategi Menjadi Guru Bahagia Melalui Manajemen Stres
Guru merupakan agen pendidikan yang sangat diperlukan keberadaannya dalam membentuk siswa, baik secara ilmu pengetahuan maupun secara karakter. Oleh karena itu kesejahteraan psikologis guru perlu untuk diperhatikan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesejahteraan psikologis seorang guru adalah dengan cara mengelola stres. Stres di lingkungan pekerjaan merupakan hal yang lumrah terjadi. Stres bisa terjadi dengan berbagai sumber stres yang berbeda-beda tingkatannya. Stres yang terjadi menjadi salah satu hal yang dapat menganggu produktivitas guru dalam mengajar. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk mengelola dan mengendalikan sumber stres yang dihadapi. Harapan dari pengelolaan stres ini adalah guru dapat menjadi lebih bahagia dan akhirnya dapat meningkatkan kreativitas dan produktivitas dalam mengajar.
Berdasarkan paparan diatas, isu kebahagiaan dan korelasinya dengan manajemen stres menjadi penting dan menarik untuk dibahas lebih lanjut. Olah karena itu, konselor mengadakan kegiatan seminar dengan judul “Strategi Menjadi Guru Bahagia Melalui Manajemen Stres”. Seminar ini juga diadakan dalam rangka memperingati hari kesehatan mental sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Seminar dilaksanakan pada tanggal 15 November 2022 pukul 14.10 sampai 16.30 WIB di perpustakaan Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe. 15 November 2022 jatuh pada hari Selasa, dimana hari Selasa adalah jadwalnya para guru untuk kembali belajar. Kegiatan belajar kali ini membahas isu kesehatan mental bersama Nursan Junita, B.Hsc., M.A., Psikolog yang merupakan seorang akademisi dan praktisi kesehatan mental. Nursan Junita adalah dosen di program studi psikologi Universitas Malikussaleh (UNIMAL) yang saat ini juga sedang menjabat sebagai Ketua Program Studi Psikologi UNIMAL.
Kegiatan dimulai dengan membagikan angket Perceived Stress Scale untuk mengetahui tingkat stres yang dialami oleh guru di sekolah. Angket yang dibagikan berisi sepuluh pertanyaan yang menggambarkan suatu kondisi selama sebulan terakhir. Setiap pertanyaan dapat direspon dengan beberapa pilihan respon, mulai dari tidak pernah, hampir tidak pernah, kadang-kadang, sering dan sangat sering. Setelah selesai mengisi angket, guru pun melakukan skoring berdasarkan panduan yang diberikan hingga mendapatkan total skor. Total skor yang didapatkan akan menunjukkan tingkatan stres yang sedang dialami guru. Guru pun dapat mengetahui tingkatan stres yang dialami, apakah termasuk kategori stres rendah, sedang atau tinggi. Terlihat seluruh guru sangat antusias saat mengisi angket yang dibagikan. Semuanya larut dalam perasaan masing-masing sambil merepresentasikannya melalui angket yang telah diisi.
Selanjutnya kegiatan pun dimulai. Pemateri mengawali dengan pertanyaan pemantik, “Menurut Bapak/Ibu, apakah kebahagiaan itu penting?”. Semua guru pun menjawab dengan serentak, bahwa bahagia itu penting. Seorang guru pun memberikan respon, “Kebahagiaan itu dapat memunculkan rasa ikhlas dalam keseharian. Ikhlas dalam berkegiatan, ikhlas dalam mengajar”. Pemateri memaparkan bahwa kebahagiaan menjadi salah satu elemen penting dalam kehidupan yang harus diperhatikan. Kebahagiaan dapat dicapai dengan cara menghadapi pemicu stres yang muncul. Pemateri kembali bertanya, “Stres itu penting atau tidak?”. Salah seorang guru pun menjawab, “Stres itu penting, karena terkadang stres dapat menjadi pendorong kita dalam menuntaskan hal yang perlu diselesaikan”.
Pemateri pun menjelaskan bahwa stres merupakan kondisi yang normal terjadi, namun perlu diperhatikan gejala-gejala yang terjadi akibat stres. Tidak semua kondisi stres dapat berdampak negatif, ada juga stres yang direspon positif oleh tubuh yang biasa dikenal sebagai eustress. Eustress adalah kebalikan dari distress, dimananya biasanya eustress cenderung membuat individu menjadi lebih termotivasi atau lebih mempersiapkan diri dari tekanan yang sedang dialami. Berbeda dengan kondisi distress yang membuat individu menjadi kewalahan dan diliputi oleh kekalutan akibat tekanan yang diterima yang akhirnya menurunkan produktivitas seseorang. Setiap individu pasti memiliki cara tersendiri dalam merespon stres. Harapannya, individu dapat merespon stres secara lebih positif dengan melakukan hal-hal sederhana seperti mencari support system yang dapat menjadi tempat bercerita.
Jika merasa belum menemukan teman yang dapat menjadi tempat bercerita, kita juga dapat mencoba cara lainnya yang tidak memerlukan peran orang lain. Kita dapat mencoba untuk menuliskan atau merekam suara yang mengungkapkan seluruh hal yang sedang dirasakan. Cara ini menjadi cara sederhana yang bisa dicoba untuk mengekspresikan perasaan negatif yang sedang dirasakan. Namun, jika dirasa efek stres yang dirasakan menjadi semakin tidak terbendung dan menurunkan produktivitas dalam berkegiatan, segeralah mencari tenaga profesional yang dapat memberikan penanganan lebih lanjut.
Pemateri juga mengajak peserta untuk melakukan teknik relaksasi sederhana yang dapat dilakukan secara mandiri. Pertama, peserta diajak untuk merentangkan tangan ke posisi bawah dan seolah-olah sedang menggenggam sebuah lemon di tangan kanan dan kiri. Kedua, peserta diajak untuk merentangkan tangan keatas kepala dengan posisi tangan kanan dan kiri saling bertaut. Ketiga, peserta diajak seolah-olah seperti kura-kura yang sedang berada dalam keadaan bahaya. Seluruh peserta menaikkan kedua bahu sampai posisi kepala seolah-olah masuk kedalam. Keempat, peserta diajak untuk membayangkan ada seekor lalat yang sedang terbang dihidung dan peserta ingin mengusirnya. Seluruh peserta pun mengikuti teknik relaksasi sederhana yang diajarkan oleh pemateri.
Sesi selanjutnya dilanjutkan dengan sesi diskusi. Terdapat dua peserta yang bertanya kepada pemateri. Pertama, “Bagaimana caranya agar stress itu hilang tidak hanya dalam jangka waktu yang singkat saja?”. Kedua, “Bagaimana jika cara mengekspresikan apa yang sedang dirasakan itu dengan menuliskannya melaui media sosial?”. Pemateri pun memaparkan bahwa kita perlu untuk selalu mengidentifikasi perasaan ataupun permasalahan yang sedang terjadi. Setelah diidentifikasikan, individu perlu untuk mencoba beragam cara untuk menuntaskan tekanan yang sedang dialami. Jika tekanan yang dialami tidak juga berhenti, berarti kita perlu melakukan evaluasi terhadap respon yang kita berikan. Stres akan menghilang jika sumber stres yang ada sudah dihadapi dengan tuntas. Contohnya, jika sepulang liburan rasa stres itu kembali lagi, coba dipikirkan kembali. Apakah tugas yang ditinggalkan itu akan selesai jika ditinggal liburan?
Selanjutnya mengenai pertanyaan kedua. Pemateri menegaskan kembali mengenai tujuan dari seseorang yang mengekspresikan perasaannya melalui media sosial. Cara ini bisa saja dicoba, namun terkadang kita tidak dapat mengontrol respon orang lain yang melihat unggahan kita di media sosial. “Berbagilah kepada orang yang tepat”, pemateri pun kembali memaparkan hal itu. Sesi diskusi pun selesai, terlihat seluruh peserta menyimak dengan seksama pemaparan pemateri dalam seminar ini. Konselor yang menjadi penyelenggara kegiatan juga merasakan kebermanfaatan dari isu yang dibahas pada kegiatan ini, begitu juga bagi pada guru. Berikut beberapa relfeksi yang dirasakan guru dari kegiatan ini.
“Kegiatan ini sangat menarik. Saya bisa mempelajari bagaimana treatment yang baik untuk permasalahan yang di hadapi”.
“Sungguh banyak materi awal terkait apa itu stres dan penyebabnya, cuma bagaimana cara mengelolanya masih sedikit yang disampaikan dalam pertemuan kali ini. Semoga akan lebih banyak pertemuan terkait manajemen stres dengan materi lainnya yang menarik dan bermanfaat”.
“Alhamdulillah kegiatan ini sangat bermanfaat, selain mengetahui tingkat stres yang kita alami, kita juga dibekali dengan tips dan trik agar selalu bisa mengatur manajemen stres sehari-hari”.
“Dengan adanya kegiatan tersebut saya sudah mampu mengelola stres yang saya alami. Kemudian saya juga sudah mampu mengatur waktu dan memperbaiki emosional saya pribadi”.
“Seru kegiatannya. Semoga kedepannya bisa dibuatkan seminar dengan tema “Etos kerja”.
Semoga kedepannya kegiatan seperti ini dapat terlaksana kembali dengan membahas isu-isu lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan psikologis. Berdasarkan antusiasme dan pendapat dari guru, konselor menjadi semakin menyadari bahwa kesejahteraan psikologis menjadi isu penting unntuk diperhatikan. Kedepannya variasi kegiatan akan lebih dikembangkan lagi untuk mencapai tujuan tersebut. Konselor juga semakin peka bahwa guru memerlukan sesi sharing seperti ini sebagai wadah guru untuk bertukar pikiran. Semoga isu yang diangkat pada kegiatan seminar kali ini dapat bermanfaat untuk seluruh peserta. Poin penting yang didapat dari seminar ini adalah; (1) merespon sesuatu dengan lebih positif; (2) mencoba lebih ikhlas dan berserah diri saat sedang merasakan tekanan dan jangan melupakan kekuatan doa sebelum melakukan suatu usaha. Ingatlah bahwa stres adalah kondisi normal yang dapat dialami oleh semua orang; (3) mencoba cara-cara sederhana yang dapat mengurangi stres yang dirasakan, seperti salah satunya dengan mempraktikkan teknik-teknik relaksasi sederhana.
Penulis : Aulia Denisa Putri, S.Psi. (Konselor SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe)