Guru Sukma Bangsa Lhokseumawe Ikuti Workshop Menulis Paragraf Pertama
Puluhan guru Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe, Jumat (12/11/2021) mengikuti workshop “Kiat-kiat Menulis Deskriptif-Analitik”. Dalam pelatihan yang digelar pukul 14.15 WIB itu, guru Sukma dibimbing menyusun paragraf pertama.
CEO acehtrend.com Muhajir Juli yang didapuk sebagai pembicara, dalam pelatihan tersebut menjelaskan, banyak orang mengeluh selalu gagal memulai sebuah tulisan karena tidak bisa menyusun kata-kata untuk memulai paragraf pertama.
Menurut Muhajir ada beberapa faktor yang membuat seseorang tidak dapat memulai paragraf. Hal paling umum karena tidak memiliki bahan yang cukup untuk merangkai sebuah tema tulisan.
“Banyak yang mengeluh, padahal kendalanya bukan karena tidak bisa. Tapi tidak memiliki bahan yang cukup untuk meramu sebuah tulisan. Menulis tanpa data ibarat memasak kuah pliek tanpa bahan yang cukup,” kata Muhajir Juli.
Lebih lanjut dia mengatakan juga, untuk menjadi seorang penulis, siapa saja harus rajin membaca. Membaca apa pun yang berkaitan dengan hal yang ingin ditulis. “Penulis itu adalah seseorang yang rajin membaca. Karena setiap tulisan yang dihasilkan haruslah memiliki kekuatan. Kekuatan itu lahir dari kepadatan data, keberimbangan, serta kejujuran di penulis dalam mewacanakan sesuatu,” sebut Muhajir.
Pada workshop tersebut Muhajir juga mengatakan, dirinya sendiri tidak tahu sejak kapan sudah dapat mulai berhasil menulis paragraf pertama. Tapi yang jelas semuanya dimulai ketika kelas IV SD. Kalimat pertama untuk paragraf pertama adalah pada suatu hari, yang lazim digunakan oleh seluruh murid SD kala itu.
Muhajir juga menjelaskan, memulai paragraf pertama, tidak sama dengan belajar sepeda dan memasak. Tidak ada tutorial pasti. Setiap penulis dapat memulai dari sudut pandang yang berbeda dalam memulai sebuah tulisan.
Pun demikian, untuk memudahkan peserta workshop, Muhajir menjelaskan, setiap tulisan haruslah dimulai dari penentuan tema, menentukan tujuan karangan, memilih data yang sesuai dengan tema, membuat kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Dalam workshop itu Muhajir juga menyampakan satu contoh teknik menulis paragraf. Pada kesempatan itu ia menjelaskan bahwa paragraf yang baik tidak panjang. Cukup tiga sampai empat kalimat. Setiap paragraf mempunyai tema-tema kecil.
Sebagai orang yang selalu berurusan dengan peserta didik, Muhajir menilai bila guru di Sukma Bangsa Lhokseumawe tidak akan pernah kehabisan tema dalam menulis. Karena ruang kelas merupakan laboratorium sosial yang selalu dapat diangkat sebagai ide tulisan.
Oleh karena itu, setiap guru harus melihat kelas dengan lebih dalam. Tidak sebatas hubungan antara guru dan murid. Tapi juga sebagai ruang interaksi sosial yang penuh dinamika, fakta, serta problematika. Guru harus menempatkan diri sebagai pengamat untuk tiap siswa yang diasuh. Karena setiap peserta didik memiliki keunikan masing-masing. Memiliki persoalan masing-masing, dan mempunyai dunianya yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Apa yang disampaikan oleh Muhajir ternyata cukup ampuh dalam memberikan motivasi bagi guru. Ketika berlangsungnya praktik menulis, hampir semuanya mengangkat tema tentang salah satu peserta didik. Temanya beragam, tapi semuanya berhasil menyajikan tulisan yang memiliki kekuatan positif.
Guru Sukma Bangsa Wajib Menulis
Direktur Sukma Banga Lhokseumawe Zubir A. Gani, pada kesempatan yang sama mengatakan workshop tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menulis. Di lembaga yang ia pimpin, semua guru memiliki potensi menulis. Mereka hanya butuh alat untuk memulai merangkai kalimat.
Zubir juga mengatakan, di Sukma Bangsa ada kewajiban yang telah disepakati bersama, setiap guru harus menulis tentang apa saja yang berkaitan dengan dunia pendidikan. “Guru di sini kami wajibkan menulis. Setiap guru yang tulisannya tayang di media massa kami berikan apresiasi. Ternyata hal tersebut sangat membantu menumbuhkan semangat menulis pada guru Sukma,” ujar Zubir.
*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 17/11/2021