G14 goes to Malaysia and Singapore
School visit adalah kegiatan sekolah yang sangat kami nanti-nanti, karena di sini kami berkesempatan untuk belajar di luar sekolah dan menghabiskan banyak waktu bersama teman dan juga para guru. Pada kesempatan kali ini kami berkunjung ke dua negara yaitu Malaysia dan Singapura. Kami berangkat dari sekolah pada Senin malam pukul 22.00 setelah membereskan semua barang, doa bersama, dan mendengarkan pembagian tempat duduk yang diumumkan oleh para guru. Tidak banyak hal yang kami dapatkan saat keberangkatan dari Lhokseumawe-Medan karena waktu malam kami manfaatkan untuk istirahat. Setibanya di Bandara Kuala Namu kami diarahkan untuk sholat subuh dan setelahnya boleh sarapan sesuai yang diinginkan tapi harus mengikuti jadwal yang sudah ditentukan. Ketika jam berangkat sudah tiba, kami bergegas menuju pesawat dan melanjutkan perjalanan ke Malaysia. Setibanya di Malaysia hal pertama yang terlihat sangat mengagumkan adalah karena eskalator di sana tidak aktif terus menerus. Eskalatornya hanya akan diaktikan ketika akan digunakan, hal ini menunjukkan bahwa mereka sudah menerapkan hemat energi ketika tidak dibutuhkan. Selanjutnya kami makan siang di bandara dengan makanan yang sudah disiapkan. Hal lain yang dapat terlihat di sini adalah mereka tidak menggunakan styrofoam sebagai pembungkus makananan seperti yang selama ini banyak kita temukan di Lhokseumawe. Selanjutnya kami berkunjung ke salah satu mesjid yaitu Mesjid Abdul Samad, hal yang menariknya adalah desain tempat wudhuk di mesjid ini hampir menyerupai Mesjid Islamic Center di Lhokseumawe. Hanya saja kebersihan di sana lebih terjaga serta memiliki pencahayaan yang cukup sehingga tida ada rasa was-was ketika harus sendiri di kamar mandi.
Di hari ke dua school visit kami berkunjung ke Singapura, tempat-tempat yang kami kunjungi adalah Imigration, Jewel Changi Airport, Garden By The Bay, Merlion Park, Souvenir Store, dan Universal Studios Singapore. Hal yang paling menantang dan memberi kami pengalaman di sini adalah imigrasi. Mengapa imigrasi? Meskipun ini bukan tempat wiasata, tapi di sini kami bisa belajar langkah-langkah yang harus ditempuh ketika berada di imigrasi. Di mana semua orang berlarian terburu-buru karena sangat menghargai waktu. Jika di Malaysia kami hanya menunjukkan Passport, wajah dan sidik jari, tetapi beda halnya di imigrasi Singapura karena kami juga harus menunjukkan seluruh barang baik itu barang-barang yang besar dan berat sekali pun seperti koper. Barang-barang tersebut akan dilakukan proses X-ray yaitu untuk mendeteksi barang apa saja yang kita bawa. Perlu diketahui barang ilegal yang tidak boleh dibawa kesana salah satunya adalah permen karet. Mengapa Singapura tidak memperbolehkan kita untuk membawa permen karet? permen karet di sana sudah dilarang untuk diperjual belikan karena dapat mengganggu kenyamanan warga negara Singapura. Jika kita ketahuan membawa permen karet maka barang tersebut pasti akan ditahan di imigrasi. Contoh barang lain yang ilegal dibawa kesana adalah rokok, narkoba, dan sebagainya. Hal itu mengajarkan kami untuk lebih berhati-hati, disiplin, dan mandiri.
Selanjutnya, kami menuju Merlion Park, tentu saja kami sangat senang karena selama ini belum pernah mengunjunginya dan hanya melihatnya di gadget saja. Ketika sampai di tempat ini kami merasakan hal yang luar biasa, takjub dan tak percaya bahwa kaki kami telah menginjak tempat wisata Merlion Park yaitu ikonnya Singapura. Kata orang jika belum berkunjung ke tempat ini belum sah ke Singapura. Di tempat ini kami mendapatkan pelajaran bahwa Merlion memang ikonnya Singapura yang memiliki arti di baliknya yaitu melambangkan ekor ikan sang merlion sebuah kota kuno dan singa untuk Singapura sebagai kota Singa. Kemudian kami juga bekunjung ke Garden By The Bay, di tempat ini kami dapat melihat langsung bungalow yang sebelumnya telah dipelajari pada pelajaran IPA tentang jenis- jenis bunga. Selain itu, kami juga dapat melihat betapa indahnya desain Garden by The Bay yang memadukan kecantikan alam dan kemajuan teknologi. Garden by The Bay merupakan taman terbaik No. 1 di dunia karena memiliki ragam jenis bunga dari berbagai negara. Banyak ragam bunga yang terdapat di dalam rumah kaca yang bertujuan agar tumbuhan tersebut tetap segar karena suhu sejuk yang dihasilkan oleh rumah kaca. Hal ini merupakan salah satu wujud nyata dari usaha yang manusia lakukan untuk menghadapi climate change. Destinasi terakhir yang kami kunjungi di Singapura adalah toko souvenir, di sini kami belajar untuk bertransaksi menggunakan mata uang dolar dan juga ringgit. Karena itu dibutuhkan kemampuan matematika yang teliti agar dapat melakukan transaksi dengan baik.
Selanjutnya hari ketiga, kami semua melanjutkan perjalanan kami ke salah satu kota yang ada di Malaysia yaitu Melaka. Kota ini memiliki temperatur yang lumayan tinggi karena kotanya dekat dengan pesisir pantai. Tetapi kota Melaka adalah kota yang indah. Karena suasananya sangat positif yaitu sangat riang dan ceria. Pengalaman saat berada di sana, saya sedang menunggu teman berbelanja di toko coklat dan saya menunggu di pillar yang masih terkena panas. Kemudian ada seorang nenek yang menegur saya dan mengatakan “panas, panas di dalam saja”. Nenek tersebut mempunyai butik dan mau tidak mau saya masuk kedalam butik tersebut. Saat saya sudah di dalam butik tersebut teman saya menyusul kedalam dan kami bertiga berbincang-bincang di dalamnya. Nenek tersebut menceritakan bagaimana beliau bisa mendesain baju, di mana beliau mendapatkan study fashion dan design, sampai cerita tentang keluarganya. Itu merupakan pengalaman yang paling berkesan bagi saya saat berada di Melaka. Di Melaka kami mengunjungi 1 tempat yaitu Famousa Jonker Walk. Tempat tersebut merupakan gereja lama yang ada di kota Melaka. Gereja ini juga merupakan peninggalan dari Bangsa Portugis dan juga China. Arsitekturnya masih sangat kental dengan nuansa bangunan yang berwarna merah. Tetapi ada sebagian bangunan yang sudah tidak utuh. Lalu sehabis mengunjungi Melaka kami langsung melanjutkan perjalanan kami ke ibu kota Malaysia yaitu Kuala Lumpur. Setelah sampai di sana kami mengunjungi dua tempat yaitu Pavilion Kuala Lumpur yang merupakan sebuah mall atau pusat perbelanjaan.Kami juga mengunjungi Twin Tower atau menara kembar yang sangat terkenal di sana. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Pavilion Kuala Lumpur. Disana kami bebas berbelanja apa saja, seperti pakaian, tas, makanan atau minuman dan sebagainya dengan waktu 2 jam. Jika kami terlambat dengan waktu yang sudah ditentukan kami akan diberikan punishment berupa denda sebesar 10 ringgit. Selepas kegiatan belanja berbelanja telah usai kami langsung bergegas menuju ke Twin Tower. Walaupun waktu sudah sore menjelang malam tetap saja tempat tersebut masih ramai dengan pengunjung-pengunjung. Ada yang sibuk berfoto, ada yang jalan-jalan di sekitar Twin Tower dan ada yang hanya duduk termenung di sana dan masih banyak lagi aktivitas pengunjung yang lain. Saat itu kegiatan kami yang tidak lain tidak lebih adalah berfoto. Setelah merasa sudah cukup berfoto-foto kami semua masuk ke dalam Twin Tower untuk makan malam. Masing-masing dari kami dibagi berkelompok dan bebas ingin makan di restaurant mana saja asalkan budgetnya sesuai dengan yang sudah dijatahkan. Saat itu kelompok saya memilih makan di McDonald’s. Setelah selesai makan kami semua bergegas ke bus untuk menuju ke hotel dan istirahat.
Di hari ke empat kami semua tidak berpindah kota lagi. Kami masih tetap berada di Kuala Lumpur. Karena kami ingin mengunjungi beberapa tempat lagi yang ada di Kuala Lumpur yaitu Batu Caves, The National Museum of Malaysia, Dataran Merdeka, National Mosque of Malaysia, Central Market, dan yang terakhir adalah China Town. Batu Caves merupakan tempat wisata religi untuk masyarakat hindu yang tinggal di Malaysia. Saat saya berada di sana, saya merasa langsung benar-benar merasa berbeda. Seperti bukan lagi Malaysia tetapi sudah menjadi India. Karena yang saya melihat mayoritas yang ada di Batu Caves rata-rata orang India semua. Walaupun masih ada juga beberapa tourist yang ada di sana tetapi nuansanya berbeda. Dengan musik khas India, di sepanjang jalan banyak yang berjualan manisan dan kalung bunga untuk pemberkatan, dan hal- hal lainnya yang berbau India. Sehabis dari Batu Caves kami melanjutkan perjalanan kami ke The National Museum of Malaysia. Museum tersebut menceritakan tentang sejarah Malaysia dalam 4 periode,yaitu masa Malaysia masih menjadi Manusia Perak, lalu saat Malaysia masa orde lama, saat Malaysia orde baru dan yang terakhir keadaan Malaysia hingga sekarang. Museum tersebut sangat banyak menyimpanpeninggalan-peninggalan dahulu kala. Walaupun ada beberapa barang yang di replika agar bisa dilindungi. Selanjutnya kami ke National Mosque Of Malaysia. Salah satu masjid yang ada di Kuala Lumpur yang bisa dikunjungi Tourist non muslim tetapi dengan pakaian yang tertutup yang telah disediakan. Yang terakhir kami ke Central Market dan China Town. Untuk berbelanja beberapa barang. Barang disana kebanyakan barang palsu tetapi kualitasnya tinggi. Malam pun tiba kami sedikit cepat kembali ke hotel untuk istirahat dan packing baju untuk kepulangan besok.
Dan ini dia hari ke 5 yang merupakan hari terakhir kami semua berada di Malaysia. Kali ini kami hanya mengunjungi pusat perbelanjaan Sungai Wang dan juga Ke kedaerahan Putra Jaya. Putra Jaya merupakan kota pemerintahan yang ada di Malaysia. Di mana semua tempat seperti Gedung perdana menteri dan tempat pemerintahan lainnya ada di sana. Kami juga mengunjungi Masjid Putra Jaya untuk menunaikan shalat zuhur serta jamak ashar waktu itu. Kemudian selepas dari sana kami langsung bergegas menuju airport dan pulang. Alhamdulilah kami semua tiba di Lhokseumawe pukul 07.00 WIB. Banyak pelajaran yang bisa saya dapat dari kegiatan ini. Terutama saat di Singapura, warga di sana sangat disiplin dan sangat menghargai waktu. Kemudian di Malaysia saya juga melihat Lalu lintas yang sangat tertib. Misalnya tidak terlalu banyak menggunakan clack sound. Di Malaysia juga terdapat sangat banyak perbedaan, dari segi agama, ras, negara, dan sebagainya. Tetapi mereka sangat menghargai perbedaan tersebut. Mereka memberi ruang bagi minoritas di sana. Kita sebagai warga Indonesia juga harus bisa belajar menjadi seperti warga di sana.
Penulis : Siswa Kelas IX SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe